KAPAL SABU 1 TON: Kapal bernama Wanderlust ditangkap aparat Bea dan Cukai Batam, Kepulauan Riau, pada Sabtu (15/7) dini hari. (ist)

BATAM | duta.co – Kapal pengangkut 1 ton sabu yang diselundupkan oleh empat WN Taiwan di Pantai Anyer, Serang, Banten, ditangkap. Kapal tersebut ditangkap di perairan Tanjung Berakit, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, saat hendak melarikan diri. Kapal itu merupakan pesiar bernama Wanderlust, berbendera Sieraleon.

“Kapalnya kita tangkap di perairan jalur Mumbing-Mapor, Tanjung Berakit, Pulau Bintan, Kepulaun Riau pada dini hari tadi,” ujar Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta yang memimpin operasi, kepada wartawan di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (16/7).

Nico menjelaskan, kapal tersebut ditangkap setelah tim gabungan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya dan Polresta Depok mendapatkan informasi soal kapal pengangkut dari WN Taiwan yang ditangkap di dermaga bekas Hotel Mandalika, Pantai Anyer, Serang, Banten, pada Kamis (13/7) lalu.

“Dari informasi mereka, nama kapalnya kita ketahui, sehingga kemudian kita berkoordinasi dengan Bea Cukai pusat dan Bea Cukai Batam serta Polda Kepri,” jelas Nico yang didampingi Kapolresta Depok Kombes Pol Herry Heryawan.

Ia menambahkan, pihaknya meminta bantuan bea cukai yang memiliki kewenangan dalam melakukan penindakan di wilayah perairan. “Karena wilayah perairan itu otoritasnya bea cukai, sehingga kita koordinasi dengan bea cukai,” imbuhnya.

Kapal bernama Wanderlust berbendera Sieraleon itu saat ini bersandar di pelabuhan Bea Cukai Sagulung, Tanjung Uncang, Batam. Kapal tersebut memiliki dimensi panjang 27,9 meter dan lebar 6,9 meter dengan tonase sebesar 135 MT.

Tim saat ini masih berada di Batam untuk menindak lanjuti penangkapan kapal tersebut. Tim masih menggeledah kapal tersebut. Sejumlah personel bersenjata lengkap Brimob Polda Kepulauan Riau menjaga ketat lokasi bersandar kapal Wanderlust. Aparat melingkari kapal itu dengan garis polisi dan ditempeli segel Bea dan Cukai.

Penangkapan itu setelah tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polresta Depok mengorek informasi dari warga Taiwan yang diringkus dalam penggerebekan di Pantai Anyer. Polisi mendapatkan informasi tentang nama kapal itu, lalu meneruskannya kepada Bea dan Cukai Batam.

Kabid Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Batam Mujayin mengatakan, pihaknya menindaklanjuti informasi tersebut dengan melakukan penyergapan. Pada Sabtu (15/7) pagi, tim dari Polda Kepri dan Bea Cukai Batam melakukan penyergapan di lokasi.

“Bea cukai pusat menerima informasi dari Polda Metro Jaya, kemudian Bea Cukai Batam membuat nota informasi yang ditindak lanjuti dengan mengirimkan anggota ke lokasi, setelah bekerja sama dengan Polda Kepri,” kata Mujayin.

Sebelumnya, tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polresta Depok menggaglkan 1 ton sabu yang diselundupkan dari China oleh 4 WN Taiwan. Satu tersangka ditembak mati dalam upaya penyergapan tersebut.

 

 

Disayangkan, Laut RI ‘Kebobolan’

Terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mempertanyakan mengapa kapal yacht/pesiar pembawa sabu 1 ton bisa masuk perairan Indonesia. Penanggung jawab perairan laut Indonesia di tapal batas seharusnya bisa mendeteksi hal tersebut.

“Kok bisa kapal Taiwan ke deket Jakarta, masuk Jawa, ke Anyer, selat Sunda, kok bisa lolos. Ini jadi peringatan kita,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian usai membuka acara Bhayangkara Run di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (16/7).

Kapal itu berlayar dari Taiwan menuju Laut China Selatan. Setelah itu masuk ke perairan Natuna dan diteruskan lewat Bangka. Kapal membawa paket Rp 1,5 triliun itu akhirnya merapat ke perairan Anyer, Banten. Di Anyer itulah, tim gabungan Polri menangkap para pelaku.

“Bayangkan, Kok bisa tidak terdeteksi kita. Ini jadi peringatan bagi kita. Bahwa perairan kita ini ternyata sangat longgar. Kita melihat di (Indonesia) Timur longgar. Tapi ini di daerah sentral, bayangkan dari Taiwan turun memasuki Natuna, masuk ke selat Bangka, sampai ke Anyer. Ini info sementara, tapi saya minta cek tim masuk lewat mana,” ujar Tito.

Kasus di atas juga membuka tabir bila Indonesia adalah pasar empuk penjualan narkoba. Oleh sebab itu, Kapolri menyatakan pemberantasan narkoba bukan semata-mata tanggung jawab Polri saja.

“Kita juga memotong demand, tapi enggak bisa penegak hukum sendiri, perlu bersama stakeholder lainnya. Ini pekerjaan banyak orang, tidak hanya pemerintah, juga tokoh agama, tokoh masyarakat, keluarga, agar anaknya tidak terjebak dinarkotika,” pungkas Kapolri.

Seperti diberitakan Duta, tim gabungan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya dan Polresta Depok menangkap empat WN Taiwan sindikat narkoba di dermaga bekas Hotel Mandalika Anyer, Serang, Banten, pada Kamis (13/7) dini hari. Dari empat tersangka, satu di antaranya tewas ditembak karena berusaha melawan dengan menabrakkan mobil ke anggota.

 

Pilih Waktu Bertepatan Lebaran

Sebelumnya, Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya AKBP Gidion Arief Setyawan mengatakan, pelaku penyelundupan narkoba jenis sabu seberat 1 ton asal di Kawasan Pantai Anyer, Serang, Banten, telah menyiapkan skenario khusus sebelum akhirnya digagalkan polisi pada Kamis (15/7) dini hari.

Gidion menyebutkan, salah satu skenarionya adalah penggunaan sejumlah mobil rental oleh penyelundup asal Taiwan ini. Menurut dia, tiga mobil rental disewa untuk menjemput barang haram satu ton itu.  “Mobil yang dirental ada tiga. Tiga (mobil) itu menurut perencanaan satu di depan untuk voorijder (penghambat), kedua untuk barang, ketiga untuk escape,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (15/7).

“Jadi kalau misalnya terjadi sesuatu menabrakkan diri. Jadi memang sudah disiapkan, jadi ketika di TKP itu nabrak, dorong mobil petugas,” kata dia lagi.

Benar saja, ketika digerebek polisi, salah satu mobil yang dikendarai pemimpin mereka, yakni Lin Ming Hui berusaha menabrak polisi. Lin yang merupakan bos mereka pun tewas tertembus timah panas polisi.

Bukan hanya itu, menurut Gidion, para pelaku juga membuat kesalahan lain. Mereka tidak mempertimbangkan kedatangan mereka yang ternyata tiba bertepatan pada Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Sehingga, para pelaku sempat kesulitan untuk mencari mobil rental yang akan disewa untuk pengiriman dan membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi.

“Ada satu yang unik, dia nggak memperhitungkan situasi kepadatan lalulintas, situasi di Jakarta, mereka tiba itu kan pas lebaran. Betapa susahnya mencari rental tidak diperhitungkan makanya lama, selama dua bulan itu kan nggak ngapa-ngapain, karena mereka menyesuaikan diri,” ujar mantan Kapolres Banyumas ini.

Mereka juga  sempat melakukan pengecekan jalur yang akan dilewati dan merancang strategi untuk antisipasi jika gerak-geriknya terbaca petugas. Selama tinggal di Indonesia, pelaku melakukan aktivitas sehari-hari dengan dibantu seorang pemandu asal Indonesia yang pernah bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di China. Sedangkan untuk konsumsi makanan, mereka memesan secara delivery di Restoran 88 Serang.

Sedangkan untuk tempat tinggal, mereka memilih Hotel Mandalika yang dekat dengan markas militer. Menurut Gidion para pelaku kemungkinan tidak mengetahui hal tersebut. Dimungkinkan karena hotel tersebut dipilih sesuai koordinat yang ditentukan untuk penurunan sabu.

“Mereka kan bukan ahli strategi yang ini lah bukan intelijen gitu, tipenya kuli. Mereka mungkin hanya memperhitungkan koordinat pantai,” ungkap dia.

Rupanya strategi itu lebih dahulu terendus polisi yang telah mengintai mereka selama dua bulan. Akhirnya, tim gabungan Ditresnarkoba Polda Metro dan Polresta Depok lebih dahulu mengungkap sabu satu ton yang mendarat di Anyer itu.

Polisi akhirnya mengamankan empat pelaku termasuk Lin Ming Hui yang berperan sebagai boss atau pengendali. Lin ditembak mati karena melakukan perlawanan kepada petugas pada saat dilakukan penangkapan.

Tersangka llainnya yakni Chen Wei Cyuan, dan Liao Guan Yu ditangkap di tempat. Sementara Hsu Yung Li yang sempat melarikan diri juga telah ditangkap. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry