SIAP PANEN: Tanaman buah melon yang siap panen. Buah melon, komoditas pertanian yang mempunyai margin tinggi. (duta.co/dok)
SIAP PANEN: Tanaman buah melon yang siap panen. Buah melon, komoditas pertanian yang mempunyai margin tinggi. (duta.co/dok)

SURABAYA |duta.co– Salah satu cara swasembada pangan yakni memberikan fasilitas kepada pertanian. Namun sayangnya selama ini, perbankan belum memihak sektor pertanian, khususnya dalam pengucuran kreditnya. Kalaupun ada jumlahnya masih minim dibandingkan sektor lain. Padahal pertanian harusnya menjadi salah satu prioritas.

Untuk itu, Bank Indonesia (BI) mendorong perbankan memperbesar penyaluran kredit ke sektor pertanian. Pasalnya, sektor pertanian berkontribusi hingga 13% dari total product domestic regional bruto (PDRB) Jatim yang mencapai Rp1.382 triliun.

Seperti dikatakan Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan BI Jatim Taufik Saleh mengatakan, penyaluran kredit ke sektor pertanian masih sangat rendah. Hingga November2016, dari total penyalurankredit perbankan di Jatim mencapai Rp383,7 triliun. Dari jumlah tersebut, sektor pertanian hanya kebagian 2,5%.

Minimnya penyaluran kredit ke sektorpertaniantaklepasdari risiko kredit macet yang tinggi. Sebab, petani hanya mengandalkan panen musiman.

“Jika panen gagal, kredit jelas akan tersendat. Namun begitu, potensi berkembangnya sektor pertanian kan besar dan ini bisa digarap oleh perbankan,” katanya.

Menurutnya kucuran kredit pertanian yang hanya mencapai2,5% dari total kucuran kredit tersebut sebenarnya sudah naik dari enam tahun lalu yang hanya 2,14%. Dari jumlah kredit pertanian itu, komoditas kredit yang banyak memanfaatkannya adalah tebu dengan porsi 20,13%.

Disusul padi sebesar 14,63%, unggas 13,3%, sapi potong 6,86%, dan jagung 5,14%. Kredit tebu paling besar karena sektor ini didukung banyak pihak. Misalnya pabrik gula, PTPN X,XI sebagai holding menjaminkan diri untuk kredit pada petani tebu.

“Memang untuk memberikan kredit pada sektor pertanian tidaklah mudah. Mungkin karena faktor cuaca sehingga dikhawatirkan kredit macet,” ujarnya.

Risiko kredit macet (non-performing loan /NPL) di sektor pertanian memang pernah melambung hingga 8% pada 2014. Hal itu pula yang membuat perbankan seolah trauma untuk menyalurkan kredit ke sektor itu. (imm)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry