KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU. (FT/DUTAISLAM)

SURABAYA | duta.co –  Isu ‘Indonesia Bubar 2030’ terus menggelinding. Adalah isi novel berjudul Ghost Fleet karya dua orang intelijen Amerika Serikat (PW Singer dan August Cole) yang dikutip Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra beberapa waktu lalu.

Kali ini, terkait ramalan tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menilai, tidak semestinya bersikap pesimistis. Untuk itu, NU sebagai pilar rakyat akan terus berjuang agar Indonesia tetap utuh dan bersatu.

“Kalau sikapnya Prabowo itu sebuah warning, perlu menjadi perhatian. Tetapi kalau pesimis enggak boleh. Insyaallah Indonesia tetap satu selama ada NU sebagai pilar rakyat dan pilar civil society,” tegas Kiai Said, Rabu (21/3) di Jakarta.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini juga mendorong agar bangsa Indonesia tetap optimistis, jangan pesimistis. Salah satu yang harus dilakukan pemerintah ialah redistribusi aset.

“Karena banyak pengusaha yang tanahnya jutaan hektar. Di sisi lain, tidak sedikit rakyat yang sejengkal pun tidak punya tanah,” ungkap kiai kelahiran Cirebon ini.

Terlepas distribusi asset yang tidak adil, belakangan muncul catatan utang pemerintah yang kelewat tinggi. Adalah Institute for Development of  Economics and Finance (Indef) mencatat total utang Indonesia hingga saat ini sudah mencapai lebih dari Rp7.000 triliun. Utang tersebut terdiri dari utang pemerintah dan swasta.

Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan, utang pemerintah dilakukan untuk membiayai defisit anggaran, sedangkan utang swasta oleh korporasi swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dia menjelaskan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 menyatakan total utang Pemerintah hanya mencapai Rp4.772 triliun. Namun jika menelisik data out-standing Surat Berharga Negara (SBN) posisi September 2017 sudah mencapai Rp3.128 triliun dan posisi utang Luar Negeri Pemerintah 2017 telah mencapai USD177 miliar atau Rp2.389 triliun (kurs Rp13.500).

Selanjutnya, untuk utang luar negeri swasta tahun 2017 telah tembus sebesar USD172 miliar atau sekitar Rp2.322 triliun (kurs Rp13.500).  “Besar kemungkinan belum termasuk semua utang BUMN,” ungkap Enny di Kantornya, Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Selain itu, untuk utang pemerintah saja, Enny mengatakan memang terus meningkat tajam sejak 2015 lalu. Di mana, peningkatan utang di klaim untuk membiayai kebutuhan belanja pembangunan infrastruktur yang saat ini dilakukan oleh Pemerintah.

“Utang pemerintah melonjak dari Rp3.165,13 triliun (2015) menjadi Rp3.466,96 triliun (2017). Peningkatan utang terus berlanjut hingga APBN 2018 pada Februari menembus angka Rp4.034, 8 triliun dan pada APBN 2018 mencapai 4.772 triliun,” tukasnya seperti dikutip okezone.com.

Tingginya utang inilah yang membuat sejumlah orang ketar-ketir. Mau mengembalikan utang dengan cara apa? Jangan-jangan hanya menjual aset dan aset. Jika itu yang terjadi, maka, prediksi Indonesia Bubar 2030 bisa saja terjadi. Semoga tidak demikian. (nuo,okz)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry