Achmad Kurniawan (IST)
Achmad Kurniawan (IST)

MALANG | duta.co – Achmad Kurniawan, kiper Arema FC, meninggal dunia, Selasa (10/1/2017) sore. Kiper Arema yang terkenal dengan sebutan AK dengan nomor punggung 47 ini meninggal pada usia 39 tahun setelah dirawat sejak 29 Desember 2016 di Pavilliun Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.

Eko Prasetyo, manager Legal Arema, yang dikonfirmasi  duta.co membenarkan tewasnya kakak kandung pemain Arema Kurnia Meiga ini. “Benar, untuk kepastian waktunya saya dapat kabar setelah Maghrib,” ujarnya.

Hanya saja, Eko tidak mengetahui secara pasti kapan Ahmad Kurniawan menjalani perwatan di RSSA Kota Malang. “Yang jelas semingguan dan ia masuk ke RSSA karena sakit jantung,” jelasnya.

Arema merasa kehilanggan atas kepergian AK. “Kita merasa kehilangan karena AK bukan hanya sebagai teman tetapi juga saudara bagi kami,” ungkap Eko.

Sedangkan mengenai lokasi akan dimakamkan, Eko mengaku belum mendapat kepastian. “Itu kewenangan keluarga, kita hanya bisa membantu mau dimakamkan ke mana pihak manajemen akan siap membantu,” tandasnya.

Di bagian Forensik Kamar Mayat RSSA Kota Malang, petang tadi terlihat sejumlah pemain Arema. Seperti Feri Aman Saragi, Arif Suyono, Kurnia Mega, Asisten Pelatih Kuncoro, Dendi Santoso, Hendro Siswanto. Hadir jgua  Aremania yang memadati bagian pemulasaran jenasah tersebut.

‘Jejak’ Achmad Kurniawan

Pada Indonesian Soccer Championship musim lalu, AK lebih banyak dipercaya menjaga mistar gawang Singo Edan. Arema merupakan klub yang paling lama dibelanya sejak 2006 hingga 2008 dan 2010 sampai akhir hayatnya.

Setelah menghabiskan enam musim bersama Persita Tangerang, klub pertamanya, ia hijrah ke Malang pada 2006. Di Arema ia hanya bertahan selama dua musim sebelum akhirnya berlabuh ke Persik Keduru pada 2008.

Achmad kemudian melanjutkan petualangannya hijrah ke Luar Jawa, tepatnya bergabung bersama Semen padang pada 2009, selama satu musim. Setelah hengkang dari Semen Padang ia kembali ke Arema. Setelah itu AK seolah tak bisa berpindah ke lain hati.

Ia juga sudah banyak merasakan suka-duka bersama Arema. Meski sempat mengalami dualisme klub, AK tetap bertahan bersama Singo Edan.

Kecintaan penjaga gawang kelahiran Jakarta itu terhadap kehidupan bersahaja dan kehangatan warga Malang, sepertinya yang membuatnya tetap bertahan. Salah satu pertimbangan lain ia kembali ke Singo Edan lantaran adik kandungnya, Kurnia Meiga, juga ke Arema pada 2008.

Bergabung bersama Kurnia Meiga pernah diakuinya merupakan kebahagiaan terbesarnya. Ia bisa bertukar pikiran dengan sang adik, sekaligus menasihatinya sebagai kakak kandung.

AK dan Kurnia Meiga bisa dibilang punya kepribadian yang berbeda. Kurnia Meiga cenderung tertutup, sementara sang kakak amat terbuka dan bersahaja. Jika Kurnia Meiga memiliki temperamen yang mudah sekali terpancing dan meledak, AK termasuk kiper yang cukup tenang.

Selain di Arema, Persita Tangerang juga merupakan klub yang begitu berkesan baginya. Klub berjulukan Pendekar Cisadane itu merupakan klub pertama sejak memulai karier sebagai pesepak bola profesional. Persita merupakan klub terlama kedua yang pernah dibelanya selama enam musim. Berkat kepiawaiannya itu menjaga gawang Persita, AK menjadi kiper utama kala itu.

Ia bahkan diberikan status Pegawai Negeri Sipil oleh Pemerintahan Kabupaten Tangerang berkat kontribusinya pernah mencuatkan nama Persita di sepak bola Indonesia.

Namun, kecintaannya di Malang yang membuatnya tetap bertahan bersama Arema. Purna sudah pengabdiannya bersama Singo Edan setelah ia mengembuskan napas terakhir pada Selasa (10/1) di kota yang dicintainya itu. ais, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry