(ki-ka) Afan Abdul Jabbar, Rifaah Rosyiidah, Achmad Zaini, Marita Puri Yuli Stiana dan Yafi Rushan Rusli usai pengukuhan sebagai dokter umum di Aula FK Unair, Rabu (26/7). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) meluluskan 169 dokter umum yang sudah menempuh pendidikan selama kurang lebih enam tahun. Dari jumlah itu, lima di antaranya adalah mahasiswa bidikmisi yang bisa menempuh kuliah tanpa mengeluarkan uang pendidikan sepeserpun.

Keterbatasan financial tidak akan menghalangi siapapun untuk bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Apalagi bisa menjadi seorang dokter. Itu dibuktikan oleh lima mahasiswa penerima bantuan pendidikan bagi mahasiswa tidak mampu (bidikmisi) yang baru saja dilantik menjadi dokter umum dari Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Rabu (26/7).

Kelima mahasiswa itu adalah Afan Abdul Jabbar, Rifaah Rosyiidah, Achmad Zaini, Marita Puri Yuli Stiana dan Yafi Rushan Rusli. Mereka terlihat bahagia berbaur bersama teman-temannya yang berhasil lulus tepat waktu dan nilai memuaskan.

Sebagai penerima bidikmisi, tentu mereka adalah mahasiswa pilihan, memiliki kelebihan dan tentu saja berotak encer. Memang betul, Achmad Zaini salah satunya. Pria kelahiran 1991 asal Malang itu adalah mahasiswa yang hafal 30 juz Al Quran.

Menghafal Al Quran diakui Zen, panggilan akrab Achmad Zaini dilakukan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (MTs/ Madrasah Tsanawiyah) hingga Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Malang. Beruntung, pas dia bisa menghafal 30 juz, saat itulah datang pengumuman dia diterima menjadi mahasiswa FK Unair yang juga penerima bidikmisi.

“Ini berkah luar biasa bagi saya. Ini jalan Alloh. Pas saya hafal 30 juz pas itu pula ada pengumuman diterima FK Unair. Berkah yang sangat luar biasa,” ujar Zen serasa berkaca-kaca.

Karena berkah itu pula, Zen tidak berani melupakan hafalan Al-Quran yang sudah dilakukannya. Karenanya, dia pun rela tinggal di pondok di kawasan Sidosermo yang selama ini dikenal sebagai pondok penghafal Al-Quran. “Tujuannya agar saya tidak melupakan hafalan saya. Karena kalau saya kos di umum, pasti akan hanya sibuk kuliah, kuliah dan kuliah. Kalau di pondok harus punya waktu untuk membaca Al-Quran dan menghafalnya. Karena walau sudah hafal namun kalau tidak dibaca lagi pasti akan lupa,” jelasnya.

Tinggal di pondok dilakukan.  Bahkan bekerja sambilan sebagai penjaga warnet dan pembuat website juga dilakukannyanya. Walau dia sendiri mengaku kuliah di FK Unair tidaklah mudah. Persaingan yang ketat memaksanya bekerja keras “Saya beruntung bisa kuliah tepat waktu. Saya juga berterima kasih bisa mendapatkan beasiswa bidikmisi ini,” tutur anak pertama dari dua bersaudara pasangan (alm) Zubaidi dan Soliha ini.

Sama dengan Zen, Rifaah Rosyiidah juga mengaku selama menempuh pendidikan dokter di FK Unair, dia sambil memberikan les privat khususnya untuk mengaji. Bahkan salah satu dosennya juga minta diajari membaca Al-Quran darinya. “Saya lakukan. Saya sih tidak meminta bayaran, namun beliau dengan rela hati memberikannya kepada saya. Alhamdulillah buat tambahan. Ilmu saya saya mondok di Tambak Beras juga bisa bermanfaat selama saya kuliah di FK Unair,” ungkap anak ketiga dari enam bersaudara pasangan  Herman Husen dan Any Mariyam itu.

Tiga teman yang lain yakni Afan Abdul Jabbar, Marita Puri Yuli Stiana dan Yafi Rushan Rusli juga mengaku bangga dengan gelar dokter yang sudah bisa tertera di depan namanya. Setelah lulus ini, mereka akan mengikuti program internship di mana mereka harus mengabdi selama satu tahun di sebuah kota yang bebas mereka pilih sendiri, pada Desember 2017 mendatang. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry