PASURUAN | duta.co – Warga Kabupaten Pasuruan berduka.  Mereka merasa kehilangan atas wafatnya KH Ahmad Ali Bahruddin, salah satu ulama Thariqah, Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah, yang juga pengasuh PP At Taqwa Cabean, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Beliau berpulang menghadap Sang Khaliq pada Sabtu (13/5) sekitar pukul 08.30 WIB di RS Saiful Anwar Malang.

Kiai bersahaja yang biasa dipanggil Gus Mad Cabean ini membina ribuan jama’ah thariqah dan santri pesantren di kawasan Desa Cabean, sekitar 15 km dari pusat Kota Pasuruan. “Beliau wafat karena sakit yang cukup lama dan sempat dirawat beberapa hari terakhir di Rumah Sakit, “papar Misbahul Munir, Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur yang masih kerabat almarhum.

Terlahir dengan nama Ismail, Gus Mad yang juga Mustasyar PCNU Kabupaten Pasuruan ini tercatat sebagai ulama yang masih cucu keponakan ulama besar, Waliyullah KH Ali Mas’ud (Mbah Ud) Pagerwojo Sidoarjo. Masa mudanya, dihabiskan untuk nyantri pada KH. Abdul Hamid alias Mbah Hamid Kota Pasuruan yang dikenal sangat dekat dengan Mbah Ali Masud Pagerwojo.

Nama Muhammad Ali Bahruddin adalah nama pemberian sang guru, KH Abdul Hamid saat Ismail muda masih mondok di Pondok Kebonsari, Kota Pasuruan. Mbah Hamid sangat menginspirasi almarhum dalam banyak hal, termasuk saat akan menikah, mengasuh pesantren hingga membina jama’ah thariqah.

Pesantrennya yang dikenal dengan sebutan PESAT CAKAP, akronim dari Pesantren Attaqwa Cabean Kraton Pasuruan bahkan pernah ditempati Muktamar Jam’iyyah Ahli Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyah pada tahun 1990an saat jam’iyyah ini masih dipimpin oleh Almarhum KH. Idham Cholid.

Menikah di usia 21 tahun, Allah memberi rejeki anak yang sangat berlimpah hingga 47 anak dari empat istri. Mereka semua kini menyebar di berbagai daerah untuk meneruskan perjuangan menyebar kedamaian Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah melalui pesantren, majelis ta’lim, thariqah dan lembaga pendidikan.

Mautul Alim, mautul ‘alam. Satu orang berilmu mati, alam terasa gelap mati. Tugas kita menjaga keabadian cahaya ilmu para ulama, yang satu demi satu telah meninggalkan kita. “Kami dan para santri merasa kehilangan seorang ulama yang menjadi panutan. Dalam masa hidupnya terus berjuang untuk Islam ahlus sunnah wal jama’ah, “pungkasnya. (dul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry