Salah satu gereja di Rwanda. (FT/notesfromcamelidcountry)

KIGALI | duta.co — Sebanyak 714 gereja dan 1 masjid ditutup karena tidak memenuhi peraturan keselamatan dan pengeras suara di Rwanda. Sebagian besar yang ditutup adalah gereja-gereja Pentakosta yang kecil.

Menurut surat kabar Rwanda New Times, langkah penutupan ratusan gereja dan satu masjid tersebut dilakukan oleh pemerintah lokal masing-masing dengan dukungan Badan Pemerintah Rwanda. Dalam pernyataan sebelumnya, Badan Pemerintah Rwanda mengatakan bangunan-bangunan itu beroperasi secara gelap.

Mayoritas warga Rwanda memeluk agama Kristen namun banyak juga yang masih mengikuti tradisi budayanya.

Dilansir BBC, sebuah rancangan undang-undang kini sedang diproses dengan syarat semua pengkhotbah harus menjalani pendidikan teologi sebelum membuka gereja.

Para pengkhotbah gereja juga dikritik karena menggunakan sistem pengeras suara untuk menarik agar jemaat datang ke gerejanya.

Seorang pejabat pemerintah, Justus Kangwagye, mengatakan kepada BBC Focus Africa, bahwa mereka hanya meminta agar gereja-gereja memenuhi ‘persyaratan tertentu’.

Gereja-gereja Pentakosta –yang biasanya dipimpin oleh para pengkhotbah karismatik dan mengaku mampu menghadirkan mukjizat– berkembang pesat di sejumlah negara Afrika dalam beberapa tahun belakangan.

Beberapa berkembang menjadi gereja besar dengan menarik ribuan jemaat saat kebaktian Minggu, namun banyak yang tetap merupakan gereja di sebuah bangunan kecil yang tak punya izin bangunan. Sejumlah bangunan gereja, tambahnya, membuat para jemaat menghadapi risiko keselamatan.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan, sejumlah gereja yang ditutup itu sudah dibuka kembali setelah mendapat persetujuan dari inspektur bangunan. (dtc)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry