KENANGAN: Stephen Hawking bertemu mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela di Yayasan Mandela di Johannesburg. Hawking meninggal dunia, Rabu (14/3) di Cambridge.

CAMBRIDGE | duta.co – Fisikawan ternama asal Inggris, Stephen Hawking meninggal dunia. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh keluarga Hawking. Kosmolog ini memiliki teori yang tersohor bahwa kehidupan setelah kematian itu tidak ada. Bahkan surga itu hanya dianggap cerita omong kosong pengantar tidur.

“Kami sungguh sedih bahwa ayah kami tercinta telah meninggal dunia hari ini (kemarin-red),” ucap anak-anak Hawking dalam sebuah pernyataan, dikutip dari BBC, Rabu (14/3).

“Dia seorang ilmuwan yang hebat dan pria luar biasa yang kinerja dan peninggalannya akan hidup untuk bertahun-tahun ke depan,” lanjut pernyataan itu.

Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya kosmologi tersebut. Hawking meninggal dunia di usianya yang ke-76, di kediamannya, Cambridge, Inggris.

Hawking mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yang menyerang sel saraf sejak 1963. Meski menderita penyakit itu, Hawking tetap melanjutkan studinya di Universitas Cambridge dan menjadikannya sebagai salah satu fisikawan paling berpengaruh sejak masa Albert Einstein.

Hawking juga dikenal sebagai ahli kosmologi di dunia. Kisah hidupnya sempat diangkat ke dalam film layar lebar ‘The Theory of Everything’ yang dibintangi Eddie Redmayne pada 2014.

Teorinya bahwa kehidupan setelah kematian tidak ada juga mengundang kontroversi. Dia pernah mengeluarkan beberapa teori yang nyeleneh, kontroversial, tapi bukan tanpa alasan. Salah satunya goal anggapan bahwa surga itu tidak ada.

“Saya menganggap otak itu seperti komputer yang akan berhenti bekerja saat komponen pendukungnya rusak. Tidak ada surga atau kehidupan lain untuk komputer yang rusak, itu hanya cerita dongeng,” kata Hawking, saat wawancara bersama The Guardian pada 2011 silam.Soal surga itu bohong pernah dituliskan Hawking secara rinci pada bukunya yang berjudul “The Grand Design”. Di situ juga tertulis bahwa tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan soal alam semesta.

Pernyataan fisikawan dari Universitas Cambridge itu langsung mendatangkan banyak kecaman, terutama dari para ulama dan mereka yang taat beragama.

Surga palsu memang bukan satu-satunya pernyataan Hawking yang menyulut kontoversi. Ia juga sempat dicecar kala mengungkapkan teori soal ‘lubang hitam’. Saat semua ilmuwan berbicara soal hebatnya lubang hitam, Hawking justru mengeluarkan teori yang membantah keberadaanya.

“Absennya event horizon berarti tidak ada lubang hitam,” tulis Hawking, dalam sebuah makalah berjudul “Information Preservation and Weather Forecasting for Black Holes”.

Black Hole atau lubang hitam, dipercaya sebagai titik hitam berdiameter besar yang dapat memakan apa pun di sekitarnya, termasuk cahaya.

 

Tuhan Tidak Ada

Dalam salah satu bukunya yang berjudul “The Grand Design”, Hawking menuliskan sebuah teori yang menghebohkan. Ia percaya bahwa bukan Tuhan yang menciptakan alam semesta berserta isinya, melainkan sebuah peristiwa fisika yang terjadi alamiah.

“Karena hukum gravitasi, alam semesta dapat tercipta dengan sendirinya,” ujar Hawking, seperti dilansir The Times of London. “Tidak perlu Tuhan untuk memicu pembuatannya (alam semesta-red) dan mengatur segala isi di dalamnya.”

Tulisan profesor dari Cambridge University itu tentu saja memicu perdebatan, terutama dari para agamawan. “Fisika tidak bisa begitu saja menciptakan sesuatu dari kehampaan,” ujar Uskup Agung Canterbury Dr Rowan Williams kepada CNN.

Sementara itu, Ibrahim Mogra dari Majelis Muslim Inggris menyatakan menyerukan hal serupa. Ia tak sependapat dengan teori Tuhan dari Hawking. “Jika diamati, alam semesta dan semua hal yang telah diciptakan, hal itu memperlihatakan bahwa ada ‘seseorang’ yang telah membuatnya jadi terwujud, dan itu adalah Yang Maha Kuasa,” jelas Ibrahim.

Isi buku Hawking yang menceritakan keberadaan Tuhan memang sempat dicekal, namun tetap dirilis pada September 2010 di Amerika dan Inggris.

Selain soal Tuhan, Hawking juga percaya bahwa bumi tidak akan bertahan lama. Jika manusia ingin bertahan, mereka harus membuat koloni baru di planet lain.

“Saya merasa manusia tidak akan bertahan di bumi dalam 1.000 tahun lagi. Kita harus melarikan diri ke planet lain,” ujar Hawking saat memberikan kuliah umum bertajuk The Origin of the Universe di California Institute of Technology, Amerika Serikat, pada 2013.

 

Manusia Dikalahkan Al

Hawking juga sempat melahirkan buku berjudul “A Brief History of Time” tahun 1988.Semasa hidupnya, fisikawan terbaik ini juga mengikuti perkembangan teknologi. Sebelum meninggal dunia, Stephen sempat meramal beberapa teknologi dan peradaban dunia di masa depan.

Termasuk teknologi kecerdasan buatan atau umum disebut AI (Artificial Intelligence) yang sedang marak muncul di beberapa teknologi mutahkhir satu dekade belakang. Pada tahun 2017, Stephen Hawking terbilang aktif dalam menyoroti robot dan AI.

Ia meyakini akan tiba waktu di mana AI akan sepenuhnya menjadi “makhluk” yang mengungguli bahkan menggantikan manusia. “Saya khawatir jika AI akan menggantikan umat manusia. Jika manusia membuat virus komputer, seseorang akan merancang AI untuk memperbaiki dan mereplikasi dirinya,” terang Hawking seperti dilaporkan Newseek.

Dalam konferensi Web Summit Technology yang diadakan di Lisbon, Portugal 2017 lalu, Hawking tak menampik bahwa AI memiliki potensi untuk membantu mencegah kerusakan yang terjadi pada alam. Atau memberantas kemiskinan dan penyakit, dalam setiap aspek masyarakat yang berubah.

Namun Hawking sendiri menyadari bahwa masa depan tidak dapat dipastikan arahnya. “Keberhasilan menciptakan teknologi AI yang efektif, bisa jadi sebuah pencapaian besar dalam sejarah peradaban kita. Atau bahkan terburuk. Kita tak tahu pasti. Jadi kita tak tahu apakah nantinya AI akan membantu kita atau justru menolaknya, dan mengesampingkannya atau menghancurkannya,” imbuhnya.

Ia menambahkan, ketakutan tersebut bisa diatasi jika para ilmuan menemukan cara untuk mengontrol perkembangannya. “Hal itu (AI) membawa bahaya, layaknya senjata otonom yang dahsyat. Atau sebagai cara baru bagi sedikit orang untuk menindas banyak orang. Hal itu bisa berdampak buruk bagi perekonomian kita,” ujarnya.

Meski berpandangan skeptis, Stephen Hawking mengatakan jika dirinya optimistis dengan kebaikan AI bagi umat manusia. “Kita hanya perlu menyadari bahayanya, mengidentifikasi mereka (AI), mempraktikkan kemungkinan dan pengelolaan terbaik, menyiapkan konsekuensinya dengan baik lebih dulu”, ujar Hawking.

Kritikan Stephen Hawking mengenai AI dan robot cukup disambut postif oleh parlemen Uni Eropa. Legislator Eropa, sebagaimana dirangkum dari CNBC, sedang menggodok proposal yang akan diajukan ke dewan parlemen soal aturan AI dan robotika karena dirasa masalah ini cukup penting untuk dirumuskan. dit, bbc, cnn, kcm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry