PINTU: Jalan menuju gua Ashabul Kahfi
PINTU: Jalan menuju gua Ashabul Kahfi

Banyak pihak yang meyakini bahwa Ephesus adalah daerah tempat pelarian para Ashabul Kahfi. Kemudian, mereka bersembunyi di sebuah gua di sebelah timur lereng Gunung Pion.

Daerah ini (Ephesus), dalam versi Kristen, dianggap sebagai sebuah tempat suci. Di kota ini, terdapat sebuah rumah yang dikatakan menjadi milik Maria (Maryam)–ibunda Nabi Isa–yang kemudian menjadi sebuah gereja. Bahkan, beberapa sumber Kristen menegaskan, gua Ashabul Kahfi berada Ephesus.

Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah penelitian yang dilakukan seorang pendeta asal Syria bernama James dari Saruc (lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka, Gibbon, telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan Runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, kaisar yang memerintah dan berusaha melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang tidak mau menyembah berhala adalah Kaisar Decius.

Menurut Gibbon, nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari Kekaisaran Romawi. Saat ini, reruntuhan kota ini dikenal sebagai ‘Kota Antik Ephesus.’

Sementara itu, Alquran tidak secara jelas menyebutkan tempat di mana Ashabul Kahfi tertidur. Secara implisit, Alquran (QS Al-Kahfi: 17) menyebutkan ciri-ciri dari gua tersebut.

”Dan, kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk. Dan, barang siapa yang disesatkan-Nya, kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”

Menurut penelitian, gua yang ada di lereng Gunung Pion di Ephesus ini memiliki pintu masuk yang mengarah ke bagian utara sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke dalam gua. Dengan demikian, seseorang yang melewati gua itu tidak dapat melihat apa yang ada di dalamnya.

Ahli arkeologi, Dr Musa Baran, juga menunjuk Ephesus sebagai tempat hidup bagi sekelompok orang muda yang beriman. Dalam bukunya yang berjudul Ephesus, dia menyatakan, ”Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang hidup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan terhadap berhala. Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini menemukan sebuah gua yang berada di sebelah timur lereng Gunung Pion.” (Musa Baran, Ephesus, hlm 23-24).

Keyakinan gua Ashabul Kahfi ada di Ephesus Turki didukung oleh banyak ulama Islam, seperti At-Tabari, Al-Baidlawi, An-Nasafi, Jalalain, At-Tibyan, serta Fakhruddin Ar-Razi, yang meyakini tempat tersebut. Mereka mengatakan, nama lain dari Ephesus adalah Tarsus (Turki).

Fakhrudin Ar-Razi menerangkan, dalam penelitiannya, meskipun tempat ini disebut dengan Ephesus, maksud dasarnya adalah untuk mengatakan Tarsus. Sebab, Ephesus hanyalah nama lain dari Tarsus. (wkp/mha)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry