Dr Yon Machmudi, pengamat politik Islam dari UI (Universitas Indonesia). (FT/DOK)
Dr Yon Machmudi, pengamat politik Islam dari UI (Universitas Indonesia). (FT/DOK)

JAKARTA | duta.co — Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama dan kuasa hukumnya, harus bisa membedakan antara ulama NU dan FPI (Front Pembela Islam). Jangan perlakukan ulama NU seperti orang-orang FPI. Selain Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiai Ma’ruf adalah Rais Aam PBNU, yang menjadi panutan jutaan warga nahdliyin.

Sidang penistaan agama yang disiarkan langsung oleh sejumlah TV, ini juga disaksikan sendiri oleh nahdliyin. Ketika melihat kiainya diancam, disudutkan, diinterogasi, mereka tentu, tidak akan terima. Buktinya dari pengurus anak ranting di pelosok desa sampai PBNU di Jakarta, mengeluarkan sikap kecaman terhadap Ahok dan tim kuasa hukumnya.

“Ini bisa dimaklumi.  Dan pembelaan berbagai pihak termasuk yang mewakili oganisasi NU dan Banomnya, saya kira sudah lebih dari cukup untuk membuat Ahok berpikir ulang ketika berbicara, terutama dengan figur-figur yang dihormati di masyarakat.  Perlu kecerdasan budaya dalam berpolitik agar tidak menabrak norma yang berlaku di masyarakat.  Ini yang nampaknya absen dalam sosok Ahok,” demikian disampaikan Dr Yon Machmudi, pengamat politik Islam dari UI (Universitas Indonesia) kepada duta.co, Kamis (2/2/2017).

Menurut Yon, energi kita jangan dihabiskan untuk urusan Ahok semata. Adalah tugas seluruh anak bangsa untuk menjaga suasana negeri inim terutama Jakarta tetap aman dan kondusif. Jakarta adalah barometer Indonesia dan semua pihak tentu memiliki tanggungjawab yang sama untuk menjaga kondisi dan situasi tetap kondusif.

“Kejernihan berpikir dan tetap dingin, saya rasa perlu dikedepankan.  Masyarakat di bawah perlu menahan diri dan menghindari gesekan yang mengarah pada konflik.  Jangan sampai ada kemarahan yang dilampiaskan melalui saluran yang tidak tepat.  Dalam kondisi seperti ini pasti ada pihak-pihak yang berusaha memancing di air keruh tapi jika semua bersikap dewasa, berpegang pada keadilan hukum, maka, kedamaian tetap terjaga,” tegasnya.

Di sisi lain, masih menurut Yon Machmudi,  aparat hukum juga harus adil dan tegas, tanpa pandang bulu dalam menegakkan hukum.  Jangan ada yang bermain mata dan mengorbankan kepentingan rakyat.  Inilah tantangan demokrasi dan nilai luhur bangsa yang harus dihadapi.

“Dengan begitu, kondisi Jakarta tetap terjaga. Kalau Jakarta aman, situasi politik di Indonesia tetap kondusif terutama menjelang Pilkada DKI bulan Februari ini,” tambahnya.

Sementara, KH Ma’ruf Amin sendiri sudah memaafkan Ahok meski belum membaca pernyataan maafnya di media massa. “Namanya orang sudah minta maaf masa tidak dimaafkan,” ujar Ma’ruf saat dihubungi, Rabu malam (1/2/2017).  Inilah hebatnya seorang kiai yang begitu mudah memaafkan demi keutuhan umat. Tidak perlu sedikit-sedikit lapor polisi. (sov)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry