Para peserta yang beragama Katolik pun merasa terkesan hidup sehari bersama santri. (FT/IST)

KEBUMEN | duta.co – Upaya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengkampanyekan model Islam Nusantara sebagai karakter atau ciri khas masyarakat muslim di Indonesia, mendapat sambutan luar biasa. Melalui  organisasi kepemudaan, Gerakan Pemuda (GP) Ansor acara bertajuk Global Intercultural Youth Exchange (GIYE) 2017, itu diikuti para pelajar dari 23 negara dan berakhir hari ini, Sabtu (20/5/2017).

Pengenalan tradisi pesantren dan Islam Nusantara di Ponpes Al-Kahfi. (FT/IST)

Memasuki hari kedua Jumat (19/5/2017), peserta GIYE 2017 yang diikuti 82 mahasiswa dan pemuda serta 25 mahasiswa dan pemuda Indonesia, itu mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Kahfi Somolangu, Kebumen, Jawa Tengah, Ponpes tertua di Asia Tenggara. Ponpes ini didirikan oleh Syaikh as-Sayid Abdul Kahfi al-Hasani pada 25 Sya’ban 879 H atau 4 Januari 1475 M.

Rombongan peserta GIYE tiba di Ponpes Al-Kahfi Somolangu Jumat (19/5) dini hari. Setelah cukup istirahat, sarapan dan diterima oleh pengasuh ponpes, mereka diperkenalkan dengan seputar pesantren. Mulai dari sejarah dan perkembangan, situs dan prasasti, serta berinteraksi langsung dengan para santri dan masyarakat sekitar ponpes.

“Saya sangat senang mengikuti acara ini. Karena saya bisa bertemu dan mengenal dunia pesantren. Perempuannya memakai hijab. Orangnya ramah-ramah”, ujar Ana Cristina Valdes Cordovez, salah satu pelajar delegasi dari Ecuador.

Ana, begitu ia biasa disapa, tampak antusias dan senang mengenakan hijab, souvenir dari ponpes. Ia gunakan untuk berfoto ria di lingkungan pesantren. “Saya punya thesis bahwa hijab tidak identik dengan teroris,” ujar Ana, yang berkeyakinan agama Katolik.

Sementara Xander Laurence Victor Somers, salah satu pemuda delegasi dari Netherlands, mengatakan bahwa acara ini sangat memotivasinya untuk mengenal lebih mendalam tentang Islam dan budaya Indonesia, serta menambah networking antarpemuda dari berbagai negara. “Kegiatan ini memberikan banyak hal baru, dan acaranya seru,” ujar Xander.

Ngaji berikutnya akan dilakukan pada sore hari yang dikemas dalam bentuk seminar dan talkshow dengan tema Islam dan Budaya Nusantara. Narasumber yang akan mengisi acara ini diantaranya tokoh, ulama, akademisi, dan budayawan, yakni Habib Faishol, Suratno, Romo Donny Satryowibowo, dan Kiai Nurul Huda.

Pada malam harinya, peserta akan disuguhi Gala Dinner ala Santri. “Para peserta diajak makan bareng dengan para santri, di mana makan dalam satu penampan, duduk lesehan beralaskan tiker, makan pakai tangan tanpa sendok. Inilah wujud kesederhaan dan kebersamaan yang membudaya di pesantren,” kata Hasyim Habibi, ketua pelaksana GIYE 2017 GP Ansor.

Tak kalah menarik, acara Intercultural Night Show, juga menjadi ajang bagi para peserta untuk menampilkan seni dan budaya negara masing-masing.

M Fatkhul Maskur, Wasekjend GP Ansor, mengatakan bahwa pesantren adalah pusat pendidikan dan pusat dakwah, yang menjadi bagian terpenting dari Nahdlatul Ulama yang mengusung dan mempromosikan Islam Nusantara, Islam yang menyatu dengan budaya Nusantara, Islam Rahmatan Lil’alamin.

“Kegiatan ini tidak sekedar mengenalkan budaya pesantren dan nilai-nilai Islam Nusantara, tetapi juga mengajak peserta terlibat dan merasakan langsung bagaimana nilai-nilai Islam Nusantara itu tumbuh berkembang di dunia pesantren. Mereka diharapkan lebih mengenal wajah Islam yang toleran dan membawa kedamaian,” ujarnya. (hud,rls)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry