Suasana puncak harlah PP Muslimat NU ke-71 dan pelantikan di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (28/3). (DUTA.CO/HUDA)

JAKARTA | duta.co – Tidak rugi, Hj Khofifah Indar Parawansa mengawal PP Muslimat NU selama belasan tahun. Hari ini, Selasa (28/3/2017), untuk keempat kalinya, ia dilantik sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU. Rais Aam PBNU, KH Ma’ruf Amin pernah menyebutnya sebagai Banom (badan otonom) tertua, terbanyak anggotanya dan terbanyak amal sosialnya.

“Di samping itu, keberadaan Muslimat NU, saya kira (sekarang) paling berpengaruh dalam Nahdlatul Ulama,” demikian Kiai Ma’ruf dalam sebuah acara.

Apa yang disampaikan Kiai Ma’ruf tidaklah berlebihan. Bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2017), Muslimat kembali membuktikan sebagai Banom paling hebat.  Sedikitnya 22.000 warga Muslimat NU memenuhi Masjid Istiqlal untuk mengikuti Puncak Peringatan Hari Lahir ke-71 Muslimat NU sekaligus pelantikan pengurus periode 2016-2021. Mereka berasal dari berbagai daerah di antaranya Jabodetabek, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, dan perwakilan Muslimat dari seluruh Indonesia.

Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan menandai Harlah ke-71 Muslimat NU, pihaknya kembali mengingatkan kepada seluruh warga Muslimat di seluruh pelosok negeri untuk meneguhkan komitmen menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Upayanya, bisa dilakukan dengan berbagai cara baik di bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, keterampilan, dst.

“Pertama, melindungi bangsa ini adalah dengan melindungi anak-anak kita yang secara sistemik maupun parsial telah dirusak oleh narkoba, pornografi dan seks bebas. Hari ini kita lantik 34 Laskar Anti Narkoba yang terdiri dari Pengurus Wilayah Muslimat NU. Saya minta sampaikan di setiap kegiatan dan forum-forum pengajian tentang bahaya narkoba,” tuturnya.

Cara kedua melindungi bangsa ini, menurut Khofifah, adalah memperkuat layanan sosial melalui 144 panti asuhan untuk merawat anak-anak terlantar. Juga merawat lansia dengan membuka panti lansia berbasis pesantren.

Di bidang pendidikan, lanjutnya, Muslimat NU memiliki 16.000 TPQ, 13.000 Raudatul Athfal, 9.800 Taman Kanak-kanak, dan 6.400 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di sekolah-sekolah tersebut, para guru mendidik anak-anak tentang Islam yang Rahmatan lil Alamin, Islam Nusantara, tentang Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, dan budaya, tentang budi pekerti, dan indahnya toleransi.

“Di bidang kesehatan, Muslimat mengelola satu-satunya Klinik Hemodialisis yang sudah mengantongi ISO. Untuk menekan angka kematian ibu dan balita, kita juga memiliki Rumah Sakit Ibu dan Anak di Jombang serta rumah sakit umum yang dikelola secara profesional oleh Muslimat NU,” tambahnya.

Di bidang pemberdayaan ekonomi, Muslimat juga mengelola koperasi An Nisa’. Saat ini jumlahnya 143 koperasi yang berbadan hukum.

Selama Rapimnas Muslimat NU yang berlangsung 24–26 Maret lalu, juga dilakukan sejumlah kerjasama yakni dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pertanian dan Humpuss Grup. Kerja sama ini pada intinya adalah untuk mengentasan kemiskinan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

“Semua upaya ini adalah bentuk dari kecintaan Muslimat NU terhadap NKRI. Maka kepada ibu-ibu Muslimat saya berpesan teruslah berjuang untuk bangsa dengan tulus ikhlas karena Allah semata. Semoga Allah meridoi perjuangan kita,” jelasnya.

Peran Besar Muslimat NU

Sementara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya. Menurut Puan, selama 71 tahun Muslimat berdiri telah memberikan sumbangsih yang besar pada bangsa dan negara.

“Peran Muslimat sangat besar dalam pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan melalui berbagai kiprahnya di berbagai bidang,” katanya.

Ia mengatakan Muslimat telah menunjukkan indahnya toleransi beragama, menempatkan kepentingan umum lebih tinggi dari kepentingan pribadi, dan setia pada NKRI. “Pesan saya jaga kominten untuk bangsa ini, mengingat posisi dan peran muslimat yang sangat penting,” ujar Puan yang hadir berkerudung hitam dan berbusana hijau.

Muslimat NU merupakan organisasi perempuan di bawah naungan Nahdlatul Ulama dan merupakan salah satu organisasi Islam tertua di Indonesia. Muslimat NU sebagai organisasi kemasyarakatan merupakan wadah bagi usaha peningkatan peran perempuan Indonesia pada umumnya dan perempuan Islam pada khususnya, senantiasa berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan potensi diri, serta turut berperan serta dalam mendorong terciptanya kesejahteraan keluarga dan bangsa.

Jumlah pengurus Muslimat NU di daerah kini mencapai 34, 495 cabang, 26.000 pengurus ranting, dan jumlah anggota diperkirakan 4.000.000 orang. Beragam kegiatan yang dilakukan adalah kepribadian, sosial, kesehatan, da’wah, ekonomi dan koperasi, litbang, tenaga kerja, dll. Yayasan yang dikelola antara lain Yayasan Kesejateraan Muslimat NU (YKMNU), Yayasan Pendidikan Muslimat NU (YPMNU), dan Yayasan Haji Muslimat NU (YHMNU).

Apresiasi yang sama disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj saat melantik Hj Khofifah beserta seluruh ‘kabinetnya’. Kiai Said mengatakan, ini adalah keempat kalinya Khofifah menduduki posisi tersebut.

Menurut Kiai Said, tugas muslimat semakin berat, bukan hanya masalah aqidah syariah, tetapi juga masalah taqofah dan hadoroh. Meski berat, dengan kelincahan dan ketangguhan Ketua Umum PP Muslimat NU, Kiai Said yakin, tugas itu akan terselesaikan dengan baik. “Ibu Khofifah mendapatkan amanat yang berat dan tantangan yang cukup berat, menjadi ketua dan pimpinan umat Islam tugasnya bukan hanya menjaga aqidah syariah, tapi membangun taqofah dan hadoroh,” ujar Kiai Said.

Taqofah adalah kemajuan dalam bidang intelektual ilmu pengetahuan, sedangkan hadoroh adalah orang yang tertib, bersih rumahnya, bagus, bersih. “Kalau dua-duanya maju, maka dinamakan tamaddun, muttamaddin. Cita-cita kita adalah membangun masyarakat maju di bidang taqofah dan maju di bidang hadoroh,” jelasnya.

Taqofah berarti Muslimat NU harus cerdas, harus pandai, berpendidikan, tanpa itu tidak mungkin maju. Kita harus mencapai target NU yang intelek, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad, berperan di segala bidang,” imbuhnya.

Kiai Said juga memberikan apresiasi atas kreasi muslimat kali ini, misalnya, saat pelantikan diiringi dengan lantunan shalawat nabi. “Membaca shalawat dalam pelantikan adalah tradisi baik. Muslimat NU mengawalinya. Hal ini menjadi contoh bagi para pengurus lembaga dan Banom NU yang lain,” ujar Kiai Said sesaat usai acara pelantikan.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini juga memberikan penegasan kepada para pengurus agar senantiasa setia menjaga NKRI, menjaga bangsa dan negara, menegakkan Islam ala Ahslussunnah wal Jamaah (Aswaja), serta menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Dalam kegiatan yang juga dirangkai dengan peringatan Harlah ke-71 dan dihadiri oleh sekitar 23.000 kader Muslimat NU ini, hadir Menko PMK Puan Maharani, Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, Ketua PBNU H Marsudi Syuhud, dan Nyai Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. (hud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry