Massa FPI menggelar aksi di depan kantor majalah Tempo, Jakarta. (FT/CNN Indonesia/Hesti Rika)

JAKARTA | duta.co – Tekad Front Pembela Islam (FPI) untuk melabrak Majalah TEMPO, dibuktikan. Ratusan orang disertai lantunan shalawat terdengar riuh di Jalan Palmerah, Jakarta. Mereka mengibarkan atribut FPI. Begitu tiba di kantor TEMPO sekitar pukul 14.10 WIB, mereka langsung membentuk barisan.

“Perhatikan!,” teriak sang korlap demo. “Kita tuntut TEMPO meminta maaf, kalau tidak kami tak akan pulang dari sini,” tambah orator dari atas mobil komando saat barikade baru dibuat di depan Gedung Tempo, Jumat (16/3/2018).

FPI mendesak TEMPO meminta maaf atas pembuatan dan pemuatan karikatur yang dianggap menghina imam besarnya, Muhammad Rizieq Shihab. Mereka menganggap TEMPO telah melecehkan sang Imam Besar mereka.

Orasi terus berkumandang. “Musuh kita adalah bajingan-bajingan yang ada di dalam gedung ini. Musuh kita bukan bapak-bapak polisi, musuh kita adalah keparat-keparat yang ada di dalam sana,” begitu seorang orator sambil menunjuk ke arah Gedung Tempo.

Kalimat takbir terus menggema. Sementara perwakilan FPI diterima Pemimpin Redaksi Tempo Arif Zulkifli di ruangan tak jauh dari lobi gedung, salah satunya Novel Bamukmin yang juga aktif di Presidium Alumni 212. Sempat terjadi percekcokan hanya karena pemilihan ruangan. “Ini sempit sekali (ruangannya) ini penghinaan namanya,” ucapan itu keluar dari salah satu perwakilan FPI.

Polisi berusaha menenangkan hingga akhirnya FPI bersedia masuk ke ruangan untuk berunding. Ruangan itu berdinding kaca. Para jurnalis yang meliput bisa memantau pertemuan itu dari luar.

Setengah jam berlalu, tiba-tiba dari balik ruangan terdengar gebrakan meja. “Jadi maksud dan tujuan TEMPO menggambar karikatur itu apa?” kata salah satu perwakilan dari FPI dengan nada meninggi.

Sontak sejumlah orang di sekitar ruang mediasi itu kaget dan berusaha memantau. Terdengar berkali-kali Arif menjelaskan bahwa karikatur memiliki interpretasi yang berbeda-beda pada setiap orang. Lagi-lagi salah satu perwakilan FPI emosi. Seorang dari mereka terlihat melemparkan gelas air mineral ke arah awak media TEMPO. Saat itu Arief yang sedang minum pun terlihat kaget.

“Sudah. Tenang, Pak, tenang,” ujar seseorang yang mengikuti mediasi itu. Berkali-kali sempat terdengar dari luar nada suara yang meninggi, namun pada akhirnya perwakilan FPI dan Arif keluar bergandengan. Sekitar satu setengah jam pertemuan itu berlangsung. Arif diboyong ke arah mobil komando untuk berbicara. Saat itu, TEMPO kembali dituntut minta maaf. Namun, pernyataan Arief sempat membuat emosi massa meluap lantaran dianggap tak meminta maaf.

Sampai akhirnya seorang perwakilan FPI menyentuh tubuh Arif. Salah satu dari mereka merampas kacamata Arif dan melemparkannya ke arah massa. Sempat terjadi kericuhan. Kacamata Arif kembali dilempar ke atas mobil komando. Sebuah gelas kemasan air mineral pun kembali melayang ke arah Arif. “Kacamata saya tadi sempat dirampas dan dilempar. Untung enggak pecah,” kata Arief sambil tertawa saat bercerita kepada wartawan di Gedung Tempo.

Arif Zulkifli, dalam siaran pers yang beredar di media sosial, meminta Front Pembela Islam yang tersinggung atas pemuatan kartun pada edisi 26 Februari 2018 mengadukannya ke Dewan Pers. “Dewan Pers adalah lembaga yang tepat menyelesaikan tafsir atas kerja jurnalistik yang menjadi produk berita,” kata Arif di Jakarta.

Arif menegaskan dalam kerja jurnalistik tak ada intensi merendahkan, melecehkan, atau beritikad tidak baik terhadap narasumber, organisasi, atau tokoh yang sedang diberitakan. “Kerja jurnalistik itu semata-mata menyandarkan pada fakta, tak kurang dan tak lebih,” kata dia. “Namun, jika pencarian fakta-fakta itu dianggap keliru, Dewan Pers yang berwenang menilainya,” katanya. (sumber: CNN Indonesia)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry