PADANG | duta.co – Suasana Ramadhan di Kota Padang Sumatera Batat semalam hingga Rabu 31 Mei 2017 ini mencekam. Kota ini bagai tak berpenghuni. Banjir di mana-mana. Warga memilih mengungsi.

Ruas-ruas jalan protokol sudah serupa sungai. Air mengalir deras. Beberapa pemotor bahkan sempat terseret, saking derasnya arus. Listrik mati. Suasana makin mencekam sebab badai menghantam. Sejumlah atap bangunan porak-poranda diterbangkan angin. Orang-orang mulai berdoa, untuk Padang, kota yang dicintainya.

Group WhatsApp tak berhenti berdenting sejak badai menghantam. Laporan banjir silih berganti. Andaleh parah. Astratek, warganya sudah mengungsi. Ulak Karang sebentar lagi air sampai ke loteng. Di Gunung Pangilun, orang-orang mulai menggulung kasur. Di Banda Puruih, air sudah masuk ke kabin mobil. Jondul Rawang lebih parah, perahu karet standby. Begitu, laporan masuk. Warga diamuk kecemasan. Padang, kota yang dulunya begitu nyaman untuk ditinggali, berubah jadi menakutkan, kalau hujan deras turun. Padang lumpuh.

Jalanan sunyi senyap, dengan  jarak pandang yang sangat terbatas. Rintik hujan terasa perih ketika menimpa wajah. Angin membuat motor oleng. Butuh keseimbangan ekstra agar lajunya tetap stabil. Badai memang sudah melanda Kota Padang sejak pukul 23.30 WIB, dan tidak berhenti, hingga pukul 04.17 WIB, Rabu (31/5). Badai yang tak hanya memporak-porandakan atap, tapi juga mental warga kota. Di masjid, petugas tak henti meminta warga untuk tetap di rumah, karena situasi di luar berbahaya.

Seperti diceritakan wartawan Haluan, pukul 02.00 WIB, usai menuntaskan rutinitas di Kantor Haluan, Kompleks Lanud Sutan Sjahrir, Tabing, Kota Padang, dia  langsung pulang, karena ingin bisa sahur di rumah. Padahal, waktu itu hujan sedang deras-derasnya.

Keluar dari Lanud, suasana mulai berbeda. Jalanan begitu lengang. Beberapa orang terlihat mendorong motor, ada juga yang berhenti di pinggir jalan. Suasananya begitu berbeda. Tak lagi terdengar denting gitar, derai tawa anak-anak muda, yang biasanya berkumpul di kafe-kafe kecil di pinggir jalan.

Sekitar 50 meter dari Simpang Tunggul Hitam, sebatang pohon pelindung tumbang, dan melintang di tengah jalan. Sejumlah pengendara berhenti, dan secara bersama-sama mengangkat pohon ke pinggir.

Seorang lelaki tambun juga turun dari sedan keluaran terbarunya. Berhujan-hujan, dia mengangkat kayu itu bersama pengendara lainnya. Tak ada kecanggungan. “24 tahun saya menetap di Padang, baru kali ini suasananya begitu mencekam,” ungkap seorang pengendara, usai mengangkat pohon.

Mengendarai motor di tengah hujan deras, dengan kondisi pandangan yang terbatas bukanlah perkara gampang. Di sepanjang Jalan Hamka, ruas jalan masih aman dari banjir. Kondisi berbeda selepas Kantor PSDA Sumbar (Simpang DPRD). Ruas jalan tergenang, hingga mata kaki. Laju motor agak tersendat. Jalan Khatib Sulaiman memang selalu tergenang jika hujan deras turun. Solusi yang dicarikan dan diterapkan Pemko Padang, ternyata belum berhasil.

Longsor

Sementara itu jalan lintas Sumatera Padang-Solok kilometer 15, tepatnya di kawasan Lubuk Peraku, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat, sempat lumpuh akibat longsor Rabu, 31 Mei 2017. Setelah tiga jam lumpuh, jalan mulai bisa dilewati kendaraan.

“Pembersihan material longsor telah selesai. Tadi sempat terputus sejak pukul 07.00 WIB hingga 10.15 WIB,” ujar Kepala Kepolisian Resor Padang Kombes Chairul Aziz, Rabu 31 Mei 2017.

Pembersihan material longsor menggunakan alat berat Dinas Pekerjaan Umum Sumatera Barat. Aparat Polda Sumatera Barat, Polresta Padang, dan Polsek Lubuk Kilangan ikut membantu.

Saat ini, kata dia, diberlakukan sistem buka tutup. Kendaraan yang sebelumnya antre terlihat melewati jalur tersebut secara bergantian. * hl, tmp

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry