Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik, Ir Endah Sri Redjeki, MP, MPhil Duta/Humas UMG

GRESIK | duta.co – Kacang Bambara  atau Bambara Groundnut rupanya mampu membuat Ir Endah Sri Redjeki, MP, MPhil ‘jatuh hati’. Kecintaan terhadap tanaman yang berasal dari suku Bambara di Afrika ini membuatnya tidak hanya konsen melakukan penelitian khusus tentang  tanaman yang memiliki nama latin Vigna  subterranea ini saja, namun juga berusaha membangkitkan kembali semangat para petani kacang bambara (juga dikenal sebagai kacang kapri atau kacang bogor) di Gresik.
“Sangat disayangkan jika tanaman yang memiliki nilai gizi tinggi dan mempunyai keuntungan ekonomis yang menjanjikan itu tidak dikembangkan di Gresik. Sudah puluhan tahun petani Gresik menanam kacang bambara, namun tidak banyak support dari stakeholder dalam pengembangannya, sehingga dari tahun ke tahun tidak ada perubahan bahkan makin menurun minat petani berbudidaya tanaman ini. Karena itu saya bersama jajaran di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) berusaha memotiovasi para petani untuk lebih bersemangat menanam tananaman ini,” ujar Dekan Fakultas Pertanian UMG ini.
Apalagi, lanjut Endah, sapaan akrabnya, kacang bambara ini memiliki banyak kegunaan. Semuanya bisa dimanfaatkan mulai akar, batang, apalagi buah (polong). Khusus polong memiliki banyak kelebihan. “Gizi dari kacang bambara ini cukup tinggi. Bayangkan kandungan proteinnya mencapai  20,75 persen,  karbohiodrat 59,93 persen, dan lemak 10,43 persen. Dan yang lebih membedakan dengan kacang lainnya kandungan asam lemaknya sangat rendah yakni hanya 1 persen sehingga aman dikonsumsi bagi penderita kolesterol dan asam urat. Jenis kacang bambara berkulit ari hitam bahkan dapat digunakan sebagai obat anti impotensi,” pamernya.
Dan Gresik, sudah menjadi sentra produksi kacang bambara di Indonesia, yakni nomor dua setelah Jawa Barat. Di Gresik Lanjutnya, sentra kacang bambara tersebar di tujuh  kecamatan, yakni Sedayu, Bungah, Dukun, Ujung Pangkah, Panceng, Manyar, dan Kebomas.
“Petani tertarik menanamnya karena harganya cukup tinggi. Hanya saja, saat ini kendalanya selain lahannya yang terus menyusut akibat tergerus pabrik, juga petani yang menanam mulai berkurang mengingat generasi mudanya lebih memilih menjadi pekerja kantoran dibanding bertani,” jelas Diretur Bambara Groungnut Research Center ini.
Untuk itulah, Endah terus berubaya menggugah masyarakat petani agar tidak hanya menanam namun juga mulai mengolah menjadi makanan olahan siap makan. “Memang belum sepenuhnya bisa, tapi saya terus berupa memotivasi mereka. Tujuan saya agar petani juga sejahtera. Bayangkan saja jika hanya menanam merekla hanya bisa mendapatkan Rp 6.000 per kilogramnya, tapi ketika menjadi makanan olahan bisa mencapai ratusan ribu,” ungkapnya.
Endah pun punya mimpi besar, suatu saat nanti  dari kacang Bambara ini mampu memakmurkan petani di Gresik. “Doakan saja mimpi saya untuk mendekatkan petani dengan pasar mampu meningkatkan taraf hidup para petani,” ungkapnya.
Dan tentunya itu semua, menurutnya tidak bisa  dilakukannya sendiri tanpa dukungan banyak pihak, salah satunya dari Pemkab Gresik. “Semoga saja dengan potensi yang ada Pemkab ada perhatian khusus pada petani bambara. Dengan begitu kesejahteraan petani meningkat,”  harapnya. hms

 
 
 
 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry