MOLEKUL TRISOMY : Batik hasil kolaborasi mahasiswa Fakultas Industri Kreatif dan mahasiswa Fakultas Teknobiologi, yang didukung dengan hibah Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (PPKP) Universitas Ubaya untuk motif batik bermotif molekul Trisomy di International. DUTA/wiwik

SURABAYA | duta.co  – Memperingati Hari Down Syndrom Sedunia yang jatuh pada Rabu (21/3) hari ini, Universitas Surabaya (Ubaya) melakukan sesuatu yang berbeda. Ubaya memperkenalkan motif batik yang lain dari yang selama ini ada, yakni bermotif molekul Trisomy.

Trisomy dialami penderita down syndrome yang mempunyai kelebihan satu buah kromosom 21 dalam dirinya. Motif batik ini merupakan hasil kolaborasi mahasiswa  Fakultas Industri Kreatif dan mahasiswa Fakultas Teknobiologi, yang didukung dengan hibah Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (PPKP).

Pada kromosom 21 pada umumnya berjumlah 2 buah kromosom, sedangkan pada penderita down syndrome berjumlah 3 buah kromosom (molekul Trisomy). Kondisi ini pula yang melatarbelakangi Igbal dkk menjadikan motif batik.

Tidak hanya unik karena menampilkan motif batik berkonsep biologi, tetapi motif yang digunakan mempunyai pesan moral tentang kehidupan para kelainan genetis. WHO menyatakan jika down syndrome terjadi dalam 1 dari 1000 kelahiran.

Angka ini bisa meningkat menjadi 1 dari 30 kelahiran, jika perempuan yang melahirkan berumur lebih dari 45 tahun. Individu yang mengalami down syndrome mempunyai karakteristik yang special karena mereka lebih ramah, gampang bersosialisasi dan disiplin.

Siapa sangka biologi molekul dapat diperkenalkan melalui motif kain batik yang mempunyai makna mendalam, melalui kain batik yang lebih dahulu populer di masyarakat.

Hasil karya ini disebut dengan Edu Batik, yang diangkat menjadi tugas akhir mata kuliah Kewirausahaan oleh Chessa Uly Thalia, Imelda Sukamto, Fernando Tjahjono dan Yesica Athisky Gunawan (Fakultas Teknobilogi) dan Dian Iqbal Fanani (Fakultas Industri Kreatif).

“Molekul Trisomy dipilih sebagai bentuk kepedulian kami, sekaligus ingin menyadarkan kembali kepada masyarakat luas jika di lingkungan kita terdapat penderita down syndrome.

Rantai DNA yang menguntai antara lingkaran molekul juga untuk memberikan simbolisasi penerimaan kepada individu dengan down syndrome untuk bekerja di tengah masyarakat,” ujar Dr.rer.nat Sulistyo Emantoko D.P. S.Si., M.Si., Kaprodi Magister Bioteknonologi Ubaya.

Bertepatan juga pada perayaan Dies Natalis ke-50 Ubaya, kain batik bermotif Trisomy dibuat menjadi kemeja batik yang dipakai seluruh karyawan dosen dan non dosen.

 “Penderita down syndrome sebenarnya terlambat dalam proses pertumbuhan maupun perkembangannya, tapi di sisi lain mereka selalu terlihat ceria seperti tidak pernah bersedih. Ubaya di usia yang ke 50 tahun ini ingin merangkul masyarakat yang lebih luas dan memahami lebih dalam tentang individu dengan down syndrome. Inilah salah satu alasan kenapa kami mengangkat fenomena ini,” ujar Sulistyo Emantoko. wik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry