BOCAH TWITTER ALEPPO: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memeluk Bana al-Abed dan bocah laki-laki Aleppo saat menerima gadis itu beserta keluarganya di Istana Presiden, Ankara.|AFP
BOCAH TWITTER ALEPPO: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memeluk Bana al-Abed dan bocah laki-laki Aleppo saat menerima gadis itu beserta keluarganya di Istana Presiden, Ankara.|AFP

ANKARA-Bana Alabed, gadis Suriah berusia 7 tahun yang rajin melaporkan penderitaan warga Aleppo kepada masyarakat dunia melalui Twitter dipeluk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat bertemu di Ankara. Bana yang dijuluki gadis “Twitter” Aleppo ini telah menarik perhatian media-media internasional dengan kisah-kisah yang dia tulis di Twitter.

Ketika bertemu Erdogan di Istana Presiden Turki, Bana bersama bocah lelaki kecil duduk di pangkuan Erdogan. Dia mengucapkan terima kasih kepada Erdogan dalam bahasa Inggris.

“Terima kasih untuk dukungan pada anak-anak dari Aleppo dan membantu kami untuk keluar dari perang. Saya mencintai Anda,” ucap Bana, seperti dikutip CNN, Kamis (22/12).

“Anda menyelamatkan kami dari Aleppo. Kami telah melalui banyak kesulitan dan rasa sakit. Rumah kami dibom dan hancur saat kami berada di dalam. Kami banyak menderita di bus. Kami tidak punya makanan, kami lapar. Kami berterima kasih untuk semuanya,” Bana berterima kasih kepada pemimpin Turki itu.

Erdogan menyambutnya dengan memeluk dan mencium Bana serta bocah lelaki kecil yang dipangku.

Sebuah foto menunjukkan masjid di Aleppo sebelum dan sesudah perang. Namun, Rusia menuding arus utama media Barat berbohong soal Aleppo.|AFP

Kisah Bana Alabed selama ini menarik perhatian Erdogan dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. Akun Twitter Bana Alabed sejatinya dikelola ibunya, Fatemah, seorang guru bahasa Inggris. Akun Twitter Bana telah memiliki hampir 360 ribu pengikut. Pertemuannya dengan Presiden Erdogan juga diunggah di Twitter.

Posisi Turki di Suriah sendiri rumit. Di satu sisi, Turki sangat bersemangat membantu memberantas ISIS di negara itu. Tapi, di sisi lain, Ankara telah bekerja untuk menumpas pasukan Kurdi—yang memerangi ISIS—dari perbatasan Suriah.

Video pertemuan Alabed dan Erdogan telah diunggah di akun Twitter Hasan Dogan, Kepala Kabinet Erdogan. Presiden Erdogan juga menuliskan pertemuan itu di Twitter. ”Saya senang menjadi tuan rumah @AlabedBana dan keluarganya hari ini. Kompleks Istana Presiden Turki akan selalu berdiri dengan rakyat Suriah,” tulis Erdogan.

Ibu Bana Alabed telah mengajukan permohonan langsung kepada Turki untuk mengakhiri pengepungan di Aleppo timur oleh pasukan rezim Suriah. Tujuannya, untuk membantu warga Aleppo timur keluar dari pengepungan.

Ada 172 pengungsi Aleppo, termasuk 68 anak-anak, pada saat ini menjalani perawatan di rumah sakit Turki. Hal itu disampaikan Direktorat Jenderal Pers dan Informasi Turki.

Rusia: Media Barat Bohong

Namun, Rusia menyebut segala pemberitaan media Barat tentang kekejaman tentara Suriah dan Rusia di Aleppo tidak benar. Rusia menuding media arus utama negara Barat menyebarkan berita bohong secara terorganisasi.

“Semua berita dari negara Barat tentang video rekaman serangan udara Rusia, pasukan pembunuh, dibuat oleh kaum militan yang sudah biasa membuat film,” kata juri bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov, seperti dilansir Sputnik News, pekan lalu. Foto dan video itu kebanyakan adalah rekayasa.

Untuk diketahui, sejumlah media arus utama negara Barat (CNN, BBC, Reuters dan seterusnya) atau negara koalisi seperti Arab Saudi (Al Arabiya) dan Qatar (Aljazeera), rajin memberitakan korban luka perang warga sipil, termasuk anak-anak.

Pekan lalu Komisi HAM PBB mengatakan telah menerima menerima laporan tentang tentara Suriah yang membunuh sedikit 83 warga sipil, termasuk 11 wanita dan 13 anak-anak di Aleppo dalam waktu 24 jam.

Mengetahui kabar itu, Prancis segera mendesak diadakan rapat darurat di Dewan Keamanan PBB terkait kondisi di Aleppo.

Pada saat yang sama Turki dan Arab Saudi menyerukan diadakan rapat luar biasa di Majelis Umum PBB untuk membahas kondisi di Aleppo. Sementara Qatar mendesak Liga Arab untuk mendiskusikan situasi di Aleppo.

Sejumlah warga bahkan melaporkan pesan terakhir mereka ke media sosial di tengah gempuran pasukan Suriah dan Rusia di Aleppo. Dalam waktu singkat dunia seolah terkesima dengan kekejaman yang terjadi. Aleppo menjadi menjadi perbincangan sekaligus sorotan dunia.

Namun, Rusia membantah semua itu. “Media Barat menyebarkan kebohongan tentang situasi di Aleppo secara terorganisasi. Internet dibanjiri video memperlihatkan ‘pesan terakhir warga’. Semua itu dibuat dengan kamera ponsel seperti laporan Aljazeera. Tapi mengapa mereka berbuat itu?” tulis Alexander Khrolenko, jurnalis dan pengamat politik Rusia yang menulis untuk RIA Novosti.

Menurut dia, semua rekayasa media Barat ini punya tujuan tertentu. Segala bentuk propaganda lewat media ini jelas akan berguna bagi Amerika Serikat dan koalisinya yang sudah menyiapkan langkah untuk ikut campur lebih jauh di Suriah.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pekan lalu mengatakan, “Organisasi kemanusiaan independen tidak bisa memastikan kebenaran kabar yang mengatakan segala kekejaman tentara Suriah di Aleppo Timur.”

Alasan utamanya media Barat menyebarkan kebohongan di Suriah adalah karena pihak Barat tengah mengalami kekalahan dari pasukan pemerintah Basyar al-Assad. Amerika Serikat dan koalisinya tidak mampu menjatuhkan Assad lewat jalan militer sehingga mereka menggunakan taktik propaganda media supaya dunia mengutuk kekejaman tentara Suriah dan Rusia di Aleppo kemudian dari situ mereka akan mendapat kesempatan menerapkan langkah selanjutnya buat memuluskan pergantian rezim yang sesuai dengan kepentingan mereka.

Dalam perkembangan terakhir, Rusia bersama Turki dan Iran sedang membentuk aliansi baru untuk membahas upaya penyelesaian damai di Suriah tanpa melibatkan Amerika Serikat dan Inggris.  Menteri pertahanan ketiga negara itu bertemu di Moskow, Rusia, dan menyiapkan Deklarasi Moskow yang berisi kerangka kerja penyelesaian perang Suriah. cnn, afp, rtr

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry