Mokhammad Kaiyis

Wartawan Duta Masyarakat

Menarik! Kisah Kanjeng Nabi Muhammad saw. sepulang dari dakwah di daerah pegunungan, lalu singgah di Masjid Bani Muawiyah, di daerah Madinah – yang kemudian dikenal sebagai Masjid Ijabah – menarik untuk direnungkan. Apalagi, sekarang, kita berada di zaman hoax alias fitnah, di mana Kanjeng Nabi (saat itu) sudah mengkhawatirkannya.

Kala itu, rombongan dakwah Kanjeng Nabi sedikit kelelahan. Beliau kemudian mengajak singgah di Masjid Bani Muawiyah yang berada di perkampungan Bani Muawiyah bin Malik bin Auf (suku Aus) penduduk asli Madinah. Kanjeng Nabi salat dua rakaat. Tidak seperti biasanya, Kanjeng Nabi sujud agak lama. Setelah salam, Kanjeng Nabi menghadap kepada jamaah (para sahabat) yang makmum di belakangnya.

Lalu, Kanjeng Nabi berkata: “Saya telah memohon kepada Allah swt. agar tidak membinasakan umatku dengan kekeringan dan kelaparan, Allah pun mengabulkannya. Aku (juga) memohon kepada Allah swt. untuk tidak membinasakan umatku dengan menenggelamkannya dari orang-orang kafir, Iapun mengabulkannya. Dan aku memohon agar tidak ada fitnah dan perbedaan di antara mereka, tetapi Dia tidak mengabulkannya.” (Shahih Muslim, 52: 2890).

Soal rejeki? Beres. Allah swt menjamin umat Muhammad tidak akan mati kelaparan. Apalagi berbicara tentang Indonesia, kita berada di negeri yang gemah ripah loh jinawi. Meminjam istilah Koes Plus: Orang bilang, tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Kemakmuran negeri ini bisa menjadi berkah, jika kemakmuran berada di tangan orang-orang soleh. Sebaliknya akan menjadi bencana ketika berada di tangan orang serakah. Itulah sebabnya, dalam hal rejeki ini, Kanjeng Nabi juga mewanti-wanti agar kita memperhatikan hak-hak orang miskin, hak-hak anak yatim.

“Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah menunggu (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu). Karena itu, takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya itulah sumber bencana Bani Israil.” Demikian pesan Kanjeng Nabi sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Shahih Muslim.

Dan, benar, sifat rakus manusia bisa menutup segala-galanya. Tidak sedikit di antara kita yang bersaing meraih jabatan hanya untuk mengejar harta. Jabatan direbut dengan tidak mengindahkan kewajibannya. Akhirnya jabatan bukan untuk melayani, tapi untuk memperkaya diri. Naudzublillahi min dzalik.

Lalu, doa (kedua) Kanjeng Nabi. Ini pun terbukti. Junjungan kita (telah) memohon kepada Allah swt. agar tidak membinasakan umat Islam dengan menenggelamkannya dari orang-orang kafir, dan Allah swt. pun mengabulkannya.

Jadi? Dengan begitu umat Islam tidak perlu takut ancaman kaum kafir. Sekarang kita bisa menyaksikan sendiri, betapa Islam kian berkibar, justru ketika orang-orang kafir berupaya menenggelamkannya.

Tragedi World Trade Center (WTC) Amerika Serikat 11 September 2001 lalu — yang diprediksi bakal menghancurkan nama baik Islam — justru sebaliknya, melahirkan ketertarikan orang-orang pandai secara ilmiah maupun alamiah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam.

Islam merupakan agama yang paling cepat berkembang di Eropa dan Amerika.  Islam mendapat tempat di hati masyarakat Eropa dan Amerika. Sejak menyebarnya Islam ke Eropa pada abad ke-7 Masehi melalui Andalusia (Spanyol) oleh pasukan Thariq bin Ziyad, panglima tentara dari Dinasti Bani Umayyah, benua putih dan biru itu seakan menjadi lahan subur penyebaran dakwah dan syiar Islam.

Dalam 30 tahun terakhir, jumlah kaum muslimin di seluruh dunia telah meningkat pesat. Sebuah angka statistik menunjukkan, pada tahun 1973 penduduk Muslim dunia sekitar 500 juta jiwa. Saat ini jumlahnya naik sekitar 300 persen, menjadi 1,57 miliar jiwa. Artinya satu dari empat penduduk dunia sudah beragama Islam.

Nah, sekarang, doa (ketiga) Kanjeng Nabi, ini yang patut menjadi perhatian kita. Karena doa ketiga ini tidak diijabah oleh Allah swt. “Dan aku memohon agar tidak ada fitnah dan perbedaan di antara mereka (umat Islam), tetapi Dia (Allah swt) tidak mengabulkannya,” demikian disampaikan baginda Rasul.

Artinya umat Islam harus berjibaku, cancut taliwondo untuk tidak larut dalam gerakan fitnah, permusuhan. Hari-hari ini kita merasakan betapa berat menghidari fitnah, betapa sulit terhindar dari berita hoax (bohong) yang isinya hanya untuk menjelek-jelekkan orang, demi kepentingan kelompok, atau bahkan jabatan dan uang.

Lebih celaka lagi, berita hoax sudah dimodifikasi untuk mengeruk rejeki. Ironisnya, itu terjadi antarsesama umat Islam. Perang dalil agama tak terhindarkan. Masing-masing merasa benar, dengan demikian berita hoax, bohong, fitnah disulap menjadi kewajiban. Sekarang muncul banyak pasukan cyber yang, tugasnya ‘menggoreng’ isu-isu tak sedap untuk menghabisi kekuatan lawan. Celakanya, mereka, sama-sama umat Islam. Subhanallah!

Hari ini, saatnya kita merenung dengan mengingat kembali peristiwa 14 abad yang silam, ketika Nabi Muhammad saw. singgah dan berdoa di Masjid Ijabah. Dengan peristiwa itu, kita bisa mengukur, masih adakah kekuatan dalam diri ini untuk menghindari berita fitnah, hoax atau sejenisnya? Atau hati ini sudah tertutup oleh indahnya dunia, sehingga tidak mampu membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Waallahu’alam bish-shawab.

Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah swt. untuk tetap berada di jalan yang benar, amin. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry