AKSI: Kompol Yhogi Hadisetyawan, Kapolsek Genteng, saat beraksi dengan pistolnya. Duta/Tunggal Teja

SIAPA sangka berawal dari hobi, seorang perwira polisi berpangkat Kompol ini akhirnya mendapat penghargaan pada peringatan Hari Bhayangkara ke-71 di halaman Mapolrestabes Surabaya, Senin (10/7) lalu.

Kompol Yhogi Hadisetyawan, Kapolsek Genteng ini unjuk keterampilan dalam menggunakan senjata api. Dari jarak 25 meter, perwira asal Jombang itu mampu menjatuhkan target dengan satu proyektil peluru sekali tembak. Prestasi itu bukan ujuk-ujuk didapat. Yhogi hampir tiap minggu mengasah kemampuan menembaknya disela kesibukannya menjadi seorang Kapolsek.

“Ada jadwal sendiri buat latihan, itu harus disempatkan,” kata Yhogi.

Bagi seorang Yhogi, Senjata api merupakan sahabat karib sejak ia masuk di Akademi Kepolisian hingga lulus 2004 lalu. Bahkan hampir tiap hari, ia memilih lapangan tembak sebagai tempat nongkrongnya.

Saat berdinas awal di Polres Teluk Kuantan Riau sebagai Kepala SPKT, Kanit Buser, juga Kanit Lantas, hampir tidak ada tempat latihan menembak yang memadai. Namun berkat kecintaanya terhadap dunia tembak menembak, Yhogipun berupaya membuat lapangan tembak sendiri dibantu anggotanya.

“Dulu di polres awal dinas belum ada tempat latihan tembak yang memadai, tapi kami sama anggota membuat lapangan tembak sendiri, yang penting bisa buat latihan,” ujar Yhogi.

Seperti yang dilakukannya saat menjabat sebagai Kapolsek Dukuh Pakis Surabaya. Sebuah lapangan tembak yang disulap menjadi gudang penyimpanan barang bukti, dibersihkan oleh Yhogi bersama anggotanya. Hasilnya,lapangan tembak yang sempat mangkrak itu kini bisa digunakan untuk berlatih.

Mendapat penghargaan dan juara, bagi Yjogi bukanlah tujuan utama. Baginya yang terpenting adalah kepada mengasah dan mengingatkan kembali tentang  bagaimana senjata yang dibawa sebagai personil Polri, bagaimana cara merawatnya, fungsinya, cara memperbaikinya, menggunakannya dan efektifitas ketika membutuhkan saat menjalankan tugas.

“Kalau juara itu bonus lah, yang penting tahu fungsi utama senjata itu, karena saya yakin cukup banyak personil yang tidak mengenal dengan baik senjatanya, takut, ragu-ragu menggunakannya dan bahkan tidak menyadari senjata yang ia bawa berfungsi baik apa tidak,” imbuhnya.

Hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh personil yang mendapat tanggung jawab membawa senjata api. Baginya, tuntutan terhadap kecekatan dalam menggunakan senjata sangat penting, sebab tak sedikit kejadian yang mengancam jiwa polisi saat berhadapan dengan situasi dan keadaan darurat melaean tindak kriminalitas di lapangan.

“Tiap personel mampu menilai, menimbang situasi kapan dan bagaimana ia harus bertindak mengginakan senjata api yang ia bawa, sehingga itu meminimalisir jatuhnya korban dr petugas ketika menghadapi situasi yang tidak menguntungkan tersebut,” tukasnya.

Kini dengan hobi menembak, Yhogi dapat menyampaikan pesan kepada setiap anggota Polri untuk benar-benar memahami penggunaan senjata api. Giat berlatih adalah komponen penting agar bijak dalam memfungsikan senjata api.

Terakhir,selain sebagai karib, Senjata api bagi Yhogi juga seperti ‘kekasih gelap’. “Meskipun gelap, tapi ngangeni, kecil tapi dapat merubah apapun,” tukasnya sambil tertawa. tom/gal

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry