BAASYIR BEROBAT: Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Baasyir dengan pengawalan khusus menjalani pemeriksaan kesehatan atas sakitnya, Kamis (1/3). Pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu berobat ke RSCM Jakarta Pusat, usai diizinkan Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham. (antara)

JAKARTA | duta.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang mempertimbangkan permintaan Abu Bakar Baasyir menjadi tahanan rumah. Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu usai melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden. Tidak tertutup kemungkinan permohonan mantan Ketua Majelis Mujahidin Indonesia itu dikabulkan.

Ryamizard mengatakan, keluarga Baasyir sudah meyakinkan Pemerintah Indonesia bahwa Baasyir tidak akan lagi terlibat di dalam kegiatan terorisme. Komitmen itu sejalan dengan keputusan Presiden Jokowi segera memindahkan Baasyir dari Lapas Gunung Sindur ke rumahnya di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sekaligus mengubah statusnya menjadi tahanan rumah atas alasan kesehatan.

“Ia (keluarga) sudah janji. Baiat-baiat, itu enggak ada lagilah. Apalagi, menjurus untuk mengajak orang untuk (melakukan teror), enggaklah. Itu janji. Saya rasa itu bagus,” ujar Ryamizard.

Menhan melapor kepada Presiden bahwa ia baru saja bersilaturahim dengan putra Baasyir, Abdul Rochim Baasyir, Selasa (27/2) lalu. Ryamizard menyampaikan kepada Presiden bahwa keluarga menginginkan agar Baasyir dipindahkan dari Lapas Gunung Sindur ke rumahnya dan diubah statusnya menjadi tahanan rumah.

Alasannya, kesehatan Ba’asyir semakin menurun dan dengan status tahanan rumah, pihak keluarga bisa merawatnya secara langsung. Presiden pun menyetujui keinginan keluarga itu. Presiden Jokowi sebelumnya juga telah mendapatkan informasi soal menurunnya kesehatan Baasyir dan memang berencana mengubah statusnya menjadi tahanan rumah.

“Itu memang idenya beliau (Presiden). Jadi yang penting dia (Baasyir) menjadi tahanan rumah saja lebih bagus. Kan ada saudara, anak, cucu, kayak di rumah sendiri,” ujar Ryamizard.

Meski demikian, Ryamizard memastikan, Baasyir tetap dalam pantauan kepolisian. Tak hanya untuk memastikan ia memenuhi janjinya tidak terlibat lagi dalam kelompok terorisme, tetapi juga memberikan jaminan keamanan bagi Baasyir sendiri.

“Kami akan jaga dia. Jangan sampai (ada orang yang) mengatakan, ‘Loh kok dulu kita puja-puja, sekarang berubah?’ Nah makanya kami akan jaga dia. Zaman sekarang apa sih yang enggak bisa dilakukan,” lanjut Ryamizard.

Berobat ke RSCM

Baasyir sendiri, mendapatkan izin dari Kemenkumham untuk memeriksakan kesehatannya di RS Cipto Mangunkusumo, Kamis (1/3). Pendiri Pondok Pesantren Al Mu’min Ngruki ini pun mendapatkan pengawalan ketat dari kepolisian dan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror.

Menurut Kepala Lapas Gunung Sindur David Gultom, Ustaz Baasyir mengalami pembengkakan di kakinya. Sehingga tidak bisa berjalan selama sepekan terakhir. “Terjadi pembengkakan di kaki ustad Abu Bakar Baasyir keluhannya,” ujarnya.

Pembengkakan itu, kata David, memaksa Baasyir harus mengenakan kaos kaki khusus yang bisa membantu mengurangi sakit dan bengkak. “Itu setiap hari harus dipakai untuk mengurangi pembengkakannya tersebut,” ujar David.

Selama ini, David menyebut, Baasyir hanya ditemani seorang tahanan yang sengaja ditempatkan untuk membantu keseharian lelaki keturunan Arab yang dituding terkait terorisme tersebut. Sejauh ini, belum diketahui sampai kapan Baasyir harus menjalani perawatan. Sebab itu bergantung dengan hasil pemeriksaan dari dokter di RSCM.

Terpisah, kuasa hukum Baasyir menyebut kondisi kesehatan terpidana kasus terorisme itu memang memburuk beberapa waktu ini. Saat ini, kedua kaki Baasyir disebutkan dalam kondisi bengkak dan mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap. Meski sebelumnya telah menjalani pemeriksaan di RSCM pada Oktober 2017.

“Masih ada bengkak. Tapi kami lihat perbedaannya agak sedikit menghitam ya kakinya, dibandingkan di bulan Oktober enggak hitam lah,” kata Guntur Fattahilah, kuasa hukum dari Baasyir di RSCM, Kamis (1/3).

Atas itu, Guntur meminta agar Baasyir mesti mendapatkan perawatan intensif di RS. Meski di Lapas Gunung Sindur memang tersedia layanan dokter. Namun peralatan tetap belum memadai. “Ini bukan main-main loh, orangtua yang sudah sepuh yang butuh perawatan intensif. Kkalau nanti kenapa-kenapa kita juga enggak mau terjadi apa apa, siapa yang mau bertanggung jawab,” ujarnya.

Juga Mengidap Penyakit Jantung

Sejauh ini, dari pemeriksaan awal, Guntur menyebut Baasyir didiagnosis juga mengidap penyakit jantung dan penyakit dalam lainnya. Guntur belum bisa memastikan apakah Ba’asyir akan menjalani rawat inap di RSCM. Sebab, itu sangat bergantung dengan keputusan tim dokter dari RSCM.  “Tunggu hasil observasi dari dokter RSCM,” ujarnya.

Abu Bakar Baasyir, merupakan terpidana kasus terorisme yang divonis 15 tahun sejak tahun 2012. Sebelumnya ia menjalani penahanan di LP Nusakambangan Jawa Tengah. Namun karena kondisi kesehatannya menurun, ia pun dipindahkan ke Lapas Gunung Sindur Bogor.

Baasyir dikenal sebagai pendiri kelompok Majelis Mujahidin Indonesia. Kelompok itulah yang dituding menjadi ihwal kemunculan aksi terorisme di Indonesia. Tak cuma itu, Ba’asyir disebut juga menjadi pemberi dana untuk pelatihan militer dan senjata di Aceh.

 

Belum Pernah Minta Grasi

Selama ini, Baasyir belum pernah mengajukan grasi ke pemerintah sejak mendekam di Lapas Gunung Sindur. “Kalau kami penasihat hukum, kami belum pernah memohon maupun kepada ustaz Abu Bakar sendiri belum pernah ngomong. Pembebasan yang dimaksud di sini adalah grasi kan, Ustaz belum pernah ngomong,” kata Guntur.

Dia menerangkan, sejauh ini permintaan Baasyir ke pemerintah hanya sebatas pemeriksaan kesehatan saja. Tim kuasa hukum dan keluarga belum pernah mengajukan ke pemerintah agar Baasyir dibebaskan. Dia juga berterima kasih kepada ulama, tokoh-tokoh masyarakat atau agama atau politik yang memberikan dukungan kepada Ustaz untuk menjadi tahanan rumah.

“ kami apresiasi dan berterima kasih. Tapi karena ini masuk tahun politik nempel-nempel nyerempet-nyerempet. Kami berharap dan minta tolong janganlah ustaz Abu Bakar Baasyir ini yang usia lanjut dijadikan komoditas politik,” kata dia.

Dalam pemeriksaan ini, Baasyir dikawal sejumlah aparat kepolisian dengan laras panjang. Serta didampingi perwakilan dari Lapas Gunung Sindur, Bogor dan dokter dari Emergency Medical Comitttee (Mer-C).

“Lumayan banyak (polisi). Laras panjangnya kurang lebih lah 10 sampai 20. Terus kemudian yg pakaian bebasnya ada sekitar 5 sampe 10. 5 sampai 6 mobil ya. Tapikan sebelum mereka masuk itu udah ada. Yang pakaian gak dinas itu udah banyak. Saya gak bisa mastiin dia intel apa enggak. Dari pak bagus yang agak gemuk itu dari pihak lapas. Dokter dari mercy dokter Hadi,” beber Guntur.

Usai menjalani pengobatan, Baasyir keluar dari lobi RSCM Kencana pukul 17.10 WIB menggunakan kursi roda. Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid itu dikawal ketat oleh personel kepolisian dan anggota lembaga permasyarakatan. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Ba’asyir. Pria berusia 80 tahun itu tampak lesu dan langsung dibopong menaiki Toyota Kijang Innova Hitam bernomor polisi B 2012 DQ.

Di kesempatan sama, Guntur Fatahillah mengatakan, kliennya akan menjalani pemeriksaan lanjutan pada 8 Maret nanti di RSCM. “Tanggal 8 maret 2018 pemeriksaan lanjutan,” ujarnya. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry