KERJASAMA: Kerjasama antara ritel modern dengan Bulog usai penandatanganan kerjasama, Senin (14/8). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memesan 300 ton gula Manis Kita produksi Perum Bulog. Jumlah itu untuk memenuhi kebutuhan gula selama dua minggu di beberapa kota di Indonesia Timur di antaranya Surabaya, Makassar, Bali, Gorontalo dan Manado.

Pemesanan ini dilakukan setelah uji coba dilakukan para bulan puasa lalu di mana Perum Bulog Divre Jawa Timur melakukan kerjasama dengan Hero Group untuk penjualan gula Manis Kita yang bertujuan untuk stabilisasi harga. Dan tidak disangka gula dengan harga eceran tertinggi Rp 12.500 itu disukai pasar.

Ketua Aprindo Indonesia Timur, Abraham Ibnu mengatakan produk gula Perum Bulog ini memang cukup disukai. Dan produk ini dikeluakan di momen yang tepat, di mana pasar saat itu sedang membutuhkan banyak komoditas ini sehingga respon pasar cukup bagus.

“Dan setelah lebaran ternyata gula ini masih terus dicari. Ini yang membuat kami menjalin kerjasama kembali dengan memperluas kerjasama hingga Indonesia Timur,” ujar Abraham Ibnu di sela penandatangan kerjasama antara Bulog dengan beberapa mitra pemasaran di RM Mang Engking Juanda, Senin (14/8).

Diakui Abraham, Bulog adalah institusi pemerintah pertama yang produknya bisa menembus pasar ritel modern. Sehingga, hal itu patut untuk dipertahankan agar semua produk Bulog bisa dengan mudah masuk pasar modern.

“Bagi kami yang terpenting, produknya tersedia, kualitas bagus dan harga juga bisa kompetitif. Harga gula Bulog ini ke kami sebesar Rp 11.900 per kilogram. Dengan harga jual Rp 12.500 per kilogram, kami rasa masih oke lah buat kami. Karena nantinya kita bicara volume,” ungkap Abraham.

Harga jual gula khususnya, kata Abraham, memang sudah ditentukan pemerintah. Ritel modern sudah berkomitmen untuk menjaga harga itu. Namun, apa daya, ritel modern di Indonesia hanya 35 ribu, padahal ada 3 juta pasar tradisional dan toko klontong yang bebas menjual harga gula tanpa bisa dipantau maksimal oleh pemerintah.

“Seharusnya ini yang menjadi fokus pemerintah. Kalau asosiasi siap dan terus mendukung komitmen yang sudah dibuat. Lalu bagaimana dengan yang klontong dan pasar tradisional ini. Karena kenyataannya mereka membeli produk dari kita terus mereka jual ke konsumen dengan harga seenaknya,” tukasnya.

Sementara itu, Perum Bulog yang diwakili Diirektur Komersial, Febriyanto mengapresiasi langkah Divre Jawa Timur yang sudah mengambil langkah pertama untuk melakukan stabilisasi harga dengan menggandeng pasar modern. Diakuinya, Jatim adalah pilot project untuk kerjasama ini, sehingga ke depannya, langkah ini patut ditiru oleh daerah lain di Indonesia.

Dengan melihat kerjasama ini, Febriyanto mengaku akan gencar melakukan kerjasama yang lebih besar, dengan skala nasional. “Ke depan kita akan membuka kerjasama dengan banyak peritel modern secara nasional. Bukan hanya di Jatim,” tandasnya.

Apalagi, Perum Bulog sendiri memiliki banyak merek sendiri yang siap untuk masuk pasar modern. “Ada 24 merek yang kami miliki, mulai dari gula hingga daging kerbau,” tandasnya.

Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Usep Karyana mengungkapkan pihaknya siap untuk melayani permintaan peritel modern maupun pihak-pihak lain yang ingin bekerjasama untuk penyediaan komoditas pangan dari Bulog.

“Kita siapkan. Karena stok kita masih sangat cukup. Beras cukup untuk 10 bulan dan gula bisa untuk lima bulan ke depan,” tandasnya. end

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry