Terry Jones (kiri) anti-muslim yang membakar Alquran di Florida pada tahun 2011. (FT/motherjones)
Terry Jones (kiri) anti-muslim yang membakar Alquran di Florida pada tahun 2011. (FT/motherjones)

WASHINGTON | duta.co —  Jumlah kelompok sentimen anti-muslim Amerika Serikat (AS) naik tiga kali lipat pada 2016. Hal itu dilaporan Southern Poverty Law Center (SPLC). Peningkatan ini disebabkan karena keberadaaan Donald Trump sebagai presiden AS.

Menurut data SPLC, ada 34 kelompok sentimen antimuslim di AS pada 2015 kemudian meningkat menjadi 101 kelompok di tahun 2016. Angka tersebut naik 197 persen dari tahun sebelumnya.

“Kebencian anti-muslim telah berkembang pesat selama lebih dari dua tahun. Hal ini didorong oleh serangan Islam radikal termasuk penyerangan pada klub malam di Orlando. Propaganda yang tidak ada henti-hentinya dan ditambah lagi retorika Donald Trump serta banyak lagi,”  ujar perwakilan SPLC, Mark Potok seperti dilansir huffingtonpost.com (15/2/2017).

Kelompok antimuslim, kata Mark Potok, menganggap Islam sebagai ideologi politik yang jahat dan bukan merupakan agama. Hal itu terkait banyaknya sanksi kekerasan yang sering diberikan. Kelompok antimuslim juga percaya bahwa umat Islam mencoba untuk mengganti hukum di Amerika dan Eropa dengan hukum syariah.

Pengaruh kelompok kebencian antimuslim ini tampak jelas selama kampanye Trump.  Ditambah lagi adanya kebijakan eksekutif Trump yang melarang Muslim dari negara mayoritas Muslim setelah ia resmi menjabat sebagai Presiden AS.

Masih menurut Mark Potok, dalam politik nasional, kelompok-kelompok anti-Muslim ini memperoleh dana dari organisasi radikal yang ada di negeri. Mereka menerima jutaan dolar untuk  pendanaan dalam beberapa tahun terakhir agar dapat menjajakan ketakutan dan informasi yang salah tentang Islam dan Muslim. (rep)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry