Dua militansi bertemu. PKS vs Muslimat di Pilgub Jatim. Meski PKS sesumbar enteng, tetapi, pengamat masih melihat muslimat yang unggul. (FT/duta.co/ist)

SURABAYA | duta.co – Pengerahan 1000 jurkam PKS, disebut-sebut sebagai upaya untuk menandingi gerakan ibu-ibu muslimat NU yang berjibaku memenangkan Khofifah-Emil. Semangat PKS ini, menurut Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surochim Abdussalam, membuat Pilgub Jatim 2018 semakin ketat.

Ditanya apakah 1000 jurkam PKS itu sudah cukup untuk menandingi gerak langkah ibu-ibu muslimat NU? “Belum! Secara kuantitatif tentu lebih banyak anggota muslimat,” tegasnya kepada duta.co Jumat (9/3/2018).

Meski begitu, jelas Surochim, Pilgub kali ini akan menjadi arena ‘pertempuran’ sengit antara dua tokoh NU. Tidak hanya itu, kekuatan pendukung dari kedua paslon akan menambah keseruan Pilgub jatim 2018. Paslon nomor 1 Khofifah-Emil didukung kiai NU kultural dan Muslimat NU. Sedangkan paslon 2, Gus Ipul-Puti mendapat sokongan kiai struktural.

Sedangkan dari sisi partai pengusung, pada paslon 1, berjejer Partai Demokrat, Golkar, Nasdem, PPP, PAN dan Hanura. Dan hampir semua ketua umumnya telah turun ke Jawa Timur. Di sisi lain, Paslon nomor 2, ada PKB, PDIP, Gerindra dan PKS.

Keberadaan PKS cukup menarik, karena dinilai memiliki massa yang solid. Pertempuran akan seru. Karena di sisi Paslon 1 (Khofifah-Emil) juga memiliki Muslimat NU yang sangat solid. “Prediksi saya Pilkada Jatim kali ini akan sangat kompetitif,” jelas Surochim Abdussalam.

Diakui, sehebat apa pun PKS, muslimat lebih unggul. Menurutnya, pertarungan dua kekuatan ini, di Jatim lebih unggul muslimat NU. “Tidak bisa dipungkiri, secara kuantitatif tentu lebih banyak muslimat,” tegasnya.

Bagaimana dengan koalisi nasional yang sampai kini tidak bisa mempertemukan PKS dan PDIP? “Ya kalau melihat koalisi nasional memang harus diakui, tetap ada jarak psikologis, tetapi menurut saya dalam konteks Pilkada Jatim ada sedikit kekhasan,” ujarnya.

Meski begitu lanjut peneliti Surabaya Survey Centre ini, pertarungan di Jatim tidak hanya pada pendukung saja. Namun juga performa kontestan. Karena sangat kompetitif, maka seberapa pun kecil suara akan tetap memiliki makna bagi kedua belah pihak.

Melihat jumlah swing dan undecided voters yang bergerak lamban, masih banyak pemilih yang tetap menunggu untuk diyakinkan pada pilihannya. Apalagi jumlah pemilih rasional juga terus meningkat sehingga suara pemilih undecided masih tinggi.

“Suara undecided (ragu) tinggi, kandidat yang punya program solutif realistis akan lebih mudah meraih suara liar itu.Solutif yang langsung bisa menyelesaikan masalah jangka pendek di masyarakat realistis itu,”terang Surochim. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry