AKP Sukeni, Kapolsek Bendungan jajaran Polres Trenggalek dibantu warga mengevakuasi jenazah Parni (65), warga RT 3 RW 1 Dkh. Tumpak Uluh Ds. Botoputih Kec. Bendungan yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di pohon mangga hutan petak 26C RPH Bendungan, Jum’at, (16/3/2018) (DUTA.CO/JOKO)

TRENGGALEK | duta.co — Nahas menimpa keluarga Parni (65), warga RT 3 RW 1 Desa Botoputih, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Parni ditemukan tewas menggantung di pohon Mangga yang terletak di hutan milik perhutani, tepatnya di petak 26C RPH Bendungan, tak jauh dari tempat tinggalnya, Jum’at (16/3/2018).

Informasi yang didapat, pria ini meninggalkan rumah pada Kamis (15/3/2018). Pada pukul 14.00 WIB, Parni pamit untuk menengok lahan tasen (lahan perhutani yang diolah masyarakat-red) dan mengambil rumput pakan ternak sapinya. Namun, keesokannya, Jum’at (16/3/2018), pukul 08.00 WIB, saat dicari keluarganya, korban sudah meninggal dunia dalam kondisi mengantung di pohon mangga dengan seutas tali tampar.

Kapolres Trenggalek, AKBP Didit Bambang Wibowo melalui Kapolsek Bendungan AKP Sukeni membenarkan kejadian itu. Kondisi korban yang masih berpakaian lengkap, baju khas hitam, topi, kaos dalam putih serta celana hitam yang dipakainya masih melekat di badan korban.

“Korban ditemukan keluarganya dalam kondisi berpakaian lengkap,” ucapnya.

AKBP Didit menjelaskan, sejak kepergiannya dari rumah, korban tidak pulang sampai larut malam. Dan keluarga yang dipimpin Sukri (35), menantu korban, mencari ke rumah sanak saudaranya, tetapi tidak membuahkan hasil pula.

“Beberapa rumah sanak saudaranya didatangi keluarga korban termasuk rumah anaknya yang agak jauh dari rumah korban tapi masih satu desa,” tuturnya.

Akhirnya, pencarian yang kemudian melibatkan aparat polsek setempat berlangsung hingga keesokan harinya. Ternyata, korban baru ditemukan pada Jum’at oleh Samad (35), Mukari (50) dan menantunya Sukri berjarak 7 kilometer di tengah hutan milik perhutani petak 26C RPH Bendungan.

“Korban ditemukan menantunya dan dua tetangganya tepat di tasen lahan jahe yang digarapnya,” ungkapnya.

Pasca itu, jenazah korban lalu dievakuasi setelah mendapati visum et repertum dari tenaga medis Puskesmas setempat.

“Korban kita evakuasi setelah dilakukan terlebih dulu visum dari dokter puskesmas,” tandasnya.

Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan di sekujur tubuh korban, namun hanya luka di leher yang dimungkinkan terjerat tali tampar yang melilitnya.

Korban, atas permintaan keluarga, kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) setempat. Motif yang berhasil didapat kepolisian, korban mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri itu akibat pikiran berat.

“Dengan menandatangani berita acara, maka kepolisian menyerahkan jenazah kepada keluarganya untuk diurusi sesuai layaknya,” pungkasnya. (jok/ham)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry