MINTA MAAF: Suasana tabayyun Sugi Nur Raharja alias Gus Nur (pegang mikrofon) di Kantor PC Ansor Surabaya, Jl Bubutan, Surabaya, Selasa (23/1). (duta.co/ridho)

SURABAYA | duta.co – Sugi Nur Raharja alias Gus Nur meminta maaf atas penyataan keras dan sikapnya yang kurang sopan serta menyudutkan NU, GP Ansor, dan Banser, dan viral di media sosial. Padahal, niatannya itu sebenarnya ditujukan hanya kepada personal kiai dan anggota GP Ansor.
“Intinya kami sudah baik, ojo diplintir-plintir maneh. Saya akan memperbaiki diri saya sendiri sebab kita tak bisa mengubah orang lain kalau tidak dari kita sendiri. Wis anggepen aku sing salah, aku tak berubah. Wis ojo diplintir-plitir lho yo (anggap saya yang salah, saya mau berubah, sudah jangan sampai diplintir, red),” terang Gus Nur dalam forum tabayyun dengan GP Ansor Surabaya di Kantor PC GP Ansor Kota Surabaya, Jl Bubutan, Selasa (23/1).
Kendati demikian dalam forum tabayyun, Gus Nur terkesan enggan memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan yang dilontarkan anggota GP Ansor Surabaya. Bahkan dia berdalih sebenarnya tabayyun di Surabaya ini tak perlu. Sebab, sudah dijawab dalam forum tabayyun di Semarang beberapa waktu lalu.
“Sebenarnya ini semua adalah akumulasi dari kekecewaan saya terhadap KH Said Agil Siradj (Ketum PBNU) yang terlalu membela Syiah. Sehingga di pikiran saya, Kiai Said itu Syiah. Dan video Banser joget yang viral itu juga tak patut. Sehingga saya juga benci Banser. Tapi yang paling saya benci adalah Abu Janda,” ungkap Gus Nur.
Namun kasus video itu, lanjut Gus Nur, sudah dilakukan tabayyun di Semarang pada 2017 lalu. Bahkan sudah dilakukan tanda tangan bermaterai di surat kesepakatan bersama yang dihadiri Kapolres Semarang.
“Tapi baru sehari setelah tabayyun itu, di Medsos akun saya dibully dan dicaci habis-habisan oleh Ansor dan Banser Tegal, Madura, Deny Siregar, hingga Guntur Romli. Padahal dalam kesepakatan katanya hasil kesepakatan tidak disebar-sebarkan,” kata Sugi kesal.
 

Minta Saran Cak Nun

Ia mengakui sebelum datang ke Surabaya juga minta saran Cak Nun (Emha Ainun Najib). Bahkan dia menyarankan supaya lokasi tabayyun sebaiknya tidak di Kantor PCNU Kota Surabaya agar bisa netral. “Saya ke sini juga didampingi dua pengacara dan seorang wartawan yang sengaja saya bawa sendiri sehingga tabayyun ini bisa disiarkan langsung (live),” beber Gus Nur.
Soal kasus pengajian di Mulyorejo, Surabaya, yang gagal, lanjut pemilik Ponpes di Palu Sulawesi ini menduga akibat ulah persekusi Banser atau aparat kepolisian. Sebab, menurut penuturan panitia, lokasi pengajian dijaga sekitar 50 polisi bersenjata laras panjang.
“Habis Subuh saya didatangi ke hotel oleh teman-teman FPI yang siap mengawal sampai pengajian selesai. Namun, karena panitia khawatir sehingga terpaksa saya live minta maaf ke orang-orang yang sudah hadir di hotel. Saya ini salah apa, kok mau pengajian saja tidak boleh,” jelas Sugi.

Bikin Pesantren Gratis, Laris Ceramah

Ditambahkan, sejak 1998 dia sudah melakukan dakwah pengajian hingga sekarang. Bahkan bisa membikin pesantren yang santrinya ada 200 orang beserta para ustaznya yang digratiskan semua di Palu.
“Saya bukan anak kiai dan tidak pernah mondok. Bapak saya pendekar dan ibu saya jualan nasi rawon. Kalau memang keberatan dengan sebutan ‘Gus’, saya ikhlas akan saya copot sebutan itu. Bahkan kalau NU dan Ansor keberatan dengan saya dan dianggap musuh, silakan cabut keanggotaan saya dari NU. Biar jadi Islam saja bukan NU, Muhammadiyah, atau Ormas Islam lainnya,” sindir Sugi.
Kalau dakwah yang dilakukan salah, Sugi juga minta ditunjukkan mana kesalahannya. Sebab kalau tidak benar, kenapa undangan pengajian semakin banyak sehingga dia jarang pulang. Bahkan para habaib juga sering mengundang dia ceramah.
“Kalau pengajian saya jelek, kenapa makin ramai undangan pengajian saya. Saya tak keberatan berhenti jadi penceramah, tapi kenapa justru umat malah membutuhkan saya,” dalihnya.
 

Dikritik Dakwahnya Provokatif

Dalam forum tanya jawab yang dimoderatori Wakil ketua PC GP Ansor Surabaya Dodik, Kasetma Banser Surabaya Hasyim Asy’ari mengatakan, Gus Nur dulunya dakwah lewat ceramah dalam kubur tidak ada yang mempersoalkan. Namun sejak berubah, dakwahnya menjadi kasar sehingga banyak mendapat kritik.
“Perbedaan itu rahmat, kalau tak suka sama seseorang jangan umbar omong lewat medsos. Sebab sebagai tokoh panutan itu tak patut. Jangan sampai unggah video kementari seseorang tanpa tabayyun lebih dulu, itu sama provokasi dan ujaran kebencian,” tegas Hasyim.
Senada, Ketua Rijalul Ansor Kota Surabaya M Mundir menambahkan, kalau tabayyun di Semarang itu sudah berakhir, kenapa Sugi masih mengunggah video menghina Banser. Apalagi yang dikomentari itu menyangkut kasus Felix Siau di Pasuruan yang tak ada sangkut-pautnya.
“Tabayyun di Semarang itu ditandatangani 16 Oktober 2017. Kasus Felix itu 4 November dan kasus Mulyorejo itu Desember 2017. Jangan memutarbalikkan fakta, kami hanya ingin tabayyun soal Surabaya saja,” tegasnya.
Masih di tempat yang sama, Agus Fathul Thoha dari Aswaja Center Jatim menilai mayoritas Ansor dan Banser adalah seorang santri. Sehingga menjaga marwah kiai. NU secara organisasi adalah bagian tugas mereka. Karena itu, dia menyarankan Gus Nur dalam berdakwah menggunakan ilmu yang ada dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghozali.
“Maksiat yang paling besar itu melalui lisan (ucapan). Tulisan atau video yang diunggah di media sosial itu juga tergolong lisan. Kalau orang mukmin itu sebelum bicara hatinya dulu yang bicara. Sebaliknya kalau orang munafik mulutnya didahulukan daripada hati. Kalau hati yang dikedepankan, pasti akan mempertimbangkan manfaat dan mafsadatnya,” jelas Fathul.

Diingatkan, Kiai Said Simbol NU

Menurut dia, KH Said Agil Siradj adalah simbol PBNU. Kalau tidak senang secara pribadi jangan menyangkutpautkan dengan organisasi NU. Sebab yang tidak terima akan banyak. Memahami Alquran itu tidak semua orang bisa sehingga perlu ulama (guru) agar kalau berdakwah bukan provokatif.
“Kami tidak mau menghabisi Gus Nur, tapi justru mau meluruskan. Sebab, Ansor sayang dengan Gus Nur. Masalahnya hanya takhafadul lisan, mari kita sama-sama menjaga umat Islam supaya tetap rukun dan aman,” imbuhnya.
Penolakan NU, Ansor, dan Banser terhadap pengajian Ustaz Felix Siau lantaran ada indikasi kuat bahwa dakwahnya dapat membahayakan keutuhan umat, bangsa, dan negara. Sebab, Felix enggan mengakui Pancasila sebagai dasar negara.
“Sekarang ini banyak pihak yang ingin merongrong bangsa Indonesia, salah satunya melalui isu agama dan yang dijadikan sasaran adalah NU. Kami khawatir Gus Nur sengaja dijadikan sebagai alat propaganda untuk melemahkan NU,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya HM Farid Afif  menegaskan, forum tabayun ini adalah silaturrahim sekaligus ingin mengerti arah berikir ustad Sugik. “Kami jug ingin klarifikasi beliau terkait video-videonya yang diunggah di YouTube dan media sosial terkait menghina-hina NU, Ansor, dan Banser,” ujarnya.
Farid menyatakan, yang dilakukan adalah saling minta maaf. “Mudah-mudahan itu juga dilakukan oleh Ustaz Sugik. Walaupun dalam forum tabayyun ini tidak ada titik temu yang jelas. Sebab, pembahasan melebar dan tidak bisa fokus terhadap persoalan di Kota Surabaya,” jelas Afif. ud

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry