SURABAYA | duta.co – Tidak ada manusia sempurna. Paling tidak, itu bisa dilihat dari ramainya pengguna media sosial gara-gara berita ‘Radar Bromo’ — baik di media cetak maupun kabarbromoterkini.com — bertajuk ‘Salat Gaib untuk Etnis Rohingya’.
Pasalnya dalam berita itu dipasang foto ratusan anggota GP Ansor — lengkap dengan seragamnya — sedang sujud untuk salat Asar. Sementara beritanya salat gaib, padahal semua mafhum, salat gaib dilakukan tanpa sujud.
“Ini salat gaib plus-plus. Harus segera diralat, termasuk di websitenya. Sampai sekarang saya buka masih pakai sujud salat gaibnya GP Ansor Probolinggo,” demikian disampaikan Nur Wahid, salah seorang warga Sidoarjo melalui duta.co, Selasa (12/9/2017).
Membaca beritanya, baik-baik saja. Diawali dengan fakta penindasan terhadap muslim Rohingya di Rakhine State, Myanmar, terus mengundang keprihatinan berbagai pihak. Termasuk, dari Pengurus Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kabupaten Probolinggo.
Ratusan anggota PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo kemudian menggelar salat Gaib dan zikir akbar sebagai bentuk keprihatinan terhadap warga Rohingya. Gerakan ini mereka gelar di halaman depan eks kantor Pemkab Probolinggo, di Kecamatan Dringu.
Mereka mengawali salat Gaib berjamaah, lalu dilanjutkan dengan salat Asar. Nah, kesalahannya, yang dipasang saat salat Asar, sudah begitu dalam posisi sujud lagi. Padahal, salat gaib tidak pakai sujud. Inilah kekeliruan kecil yang membuat geger pengguna medsos. Bukankah setiap manusia itu tak bisa luput dari dosa dan salah?
Istighotsah
Usai salat, dilanjutkan dengan istighotsah. Selain anggota Ansor, sejumlah pengurus Cabang Nahlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Probolinggo juga hadir. Salah satunya, Mustasar PC NU Kabupaten Probolinggo Hasan Aminuddin.
Hasan mengatakan, sesama muslim sudah sepatutnya saling mendoakan ketika muslim lainnya mendapat musibah. “Ini, cara warga NU membantu saudara sesama muslim meski beda negara. Ini, cara elegan warga NU untuk menolong sesama. Bukan malah berteriak di jalan-jalan yang tidak ada gunanya,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai warga yang beda negara, tidak sepantasnya ikut campur dalam urusan mereka. Sehingga, proporsi warga NU yang paling tepat dengan mendoakan agar bisa diberikan keselamatan dan para pengungsi itusegera kembali ke rumah masing-masing.
“Bukan malah mengajak warga lain untuk ke sana. Doa itu merupakan amaliah yang dilakukan ketika terjadi sesuatu hal oleh para pendiri Nahdlatul Ulama. Kami hanya mampu mendoakan agar masalahnya cepat selesai. Jika ada gerakan lain-lain, itu bukan gerakan NU,” ujarnya. (sov)